Monday, June 23, 2014

Kemiskinan dan dosa.



Andaikata kehidupan dilihat dari pandangan kemampuan ekonomi. Untuk menyederhanakan, kita bisa mengkatagorikan dalam 3 (tiga) kategori yaitu kaya, berkecukupan dan miskin.
Kita bisa mengkatagorikan lebih luas dengan misalanya miskin adalah yang berpenghasilan dibawah pendapatan perkapita rata-rata, berkecukupan adalah yang berpenghasilan disekitar pendapatan perkapita dan kaya adalah mereka yang berpenghasilan diatas pendapatan perkapita.

Setiap orang berhak menjadi kaya dan kesempatan menjadi kaya tiap orang adalah sama. menjadi kaya tidak harus ganteng. Lihatlah Tukul Arawana (Beribu maaf), secara tampang tidak ganteng sama sekali tetapi dengan kemampuannya beliau berhasil menjadikan dirinya sebagai sesuatu yang layak untuk dijual dengan harga tinggi.
Menjadi kaya tidak harus pintar, banyak orang kaya yang saya temui tidaklah pintar. Rata-rata bahakan ada yang bodoh (tidak intelek).
Lalu bagaimana dengan menjadi berkecukupan? Tentulah syarat diatas tetap berlaku. Hanya mungkin lebih sederhana.
Lalu pertanyaannya kenapa seseorang miskin?
Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:

  1. Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin. Contoh dari perilaku dan pilihan adalah penggunaan keuangan tidak mengukur pemasukan. Perilaku negative seperti malas.
  2. Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga. Penyebab keluarga juga dapat berupa jumlah anggota keluarga yang tidak sebanding dengan pemasukan keuangan keluarga.
  3. Penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar. Individu atau keluarga yang mudah tergoda dengan keadaan tetangga adalah contohnya.
  4. Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi. Contoh dari aksi orang lain lainnya adalah gaji atau honor yang dikendalikan oleh orang atau pihak lain. Contoh lainnya adalah perbudakan.
  5. Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.

Kemiskinan menyebabkan seseorang terbatas aksesnya pada fasilitas kesehatan pendiikan dan fasilitas lain. Dengan terbatasnya mereka menggunakan akses-akses tersebut pada gilirannya akan menjadikan mereka tetap misikin. hal ini seperti lingkaran setan, sebuah lingkaran kemiskinan.
Orang miskin akan melahirkan anak-anak yang jauh dari fasilitas-fasilitas yang mereka butuhkan untuk berkembang. Anak-anak tersebut dibesarkan di lingkungan yang kurang layak untuk berkembang. Mereka mendapatkan gizi kurang dibanding dengan mereka yang memiliki status ekonomi lebih baik.
Secara alami anak-anak tersebut aka memiliki masa depan lebih buruk dibanding dengan anak-anak yang mendapatkan fasilitas lebih baik.

Ketika si miskin menyadari mereka harus keluar dari lingkungan miskin yang memiskinkannya, mereka dihadakan pada realita. tidak ada modal dasar seperti pendidikan yang layak atau modal ekonomi yang tidak mereka miliki karena mereka miskin.
Hal ini tentu saja menyebabkan mereka yang lahir dari lingkungan lebih baik memiliki kemampuan lebih karena mendapatkan gizi yang lebih baik serta pendidikan lebih memadai.
Perjuangan mendapatkan kemampuan lebih dilakukan untuk mendapatkan penghidupan lebih layak.

Berusaha keras untuk mendapatkan sumber ekonomi yang layak adalah hal yang patut diperjuangkan. Dengan berhasil mendapatkan sumber ekonomi lebih baik, seseorang bisa mensejahterakan dirinya dan lingkungannya. Dengan menjadi sejahtera seseorang bisa memakmuran dirinya dan lingkungannya. Bisa menyekolahkan anaknya lebih tinggi, bisa mendapatkan akses kesehatan lebih baik. Secara moral menjadi kaya sejahtera adalah sebuah keharusan.

Kemiskinan memiliki banyak sisi buruk. Kemisikinan mendorong beberapa orang berbuat tidak semestinya dengan melanggar norma sosial, hukum dan agama.
Secara sosial bila mereka melangar akan dikucilkan.
Secara hukum kalau melanggar akan berhadapan dengan penegak hukum.
Secara agama mereka bila melanggar akan mendapatkan dosa.

Beberapa orang memang memilih hidup miskin. Beberapa orang menjadi miskin karena tidak bersedia bekerja lebih keras. Ada pula orang menjadi miskin karena sial.

Menjadi lebih sejahtera akan menyebabkan seseorang mampu berbagi kesehjaterannya pada orang lain. Dan ini adalah amal. Menjadi miskin mendorong sesorang untuk melanggara norma-norma yang berlaku di masyarakat. Hal ini pada padangan agama disebut dosa.
Bekerja adalah ibadah. Mati karena bekerja adalah sorga.

Bisa kita bayangkan seseorang yang hidup miskin. Tidak kuat menahan siksa kemiskinnaya dan kemudian menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
Untuk makan saja sudah sulit, apalagi untuk pergi ketempat hiburan.
Penderitaan yang berkepanjangan selagi dia hidup. Ketika mati dia tidak cukup berbuat baik pada sesamanya tetapi banyak kejahatan dan penderitaan yang ditimbulkan pada lingkungannya karena imbas kemiskinnya.
Mungkin dia akan menderita di dunia dan akherat.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kita harus mensehajterakan diri kita sendiri dan lingkungan kita. Dengan hidup lebih sejatera lebih terbuka peluang kita untuk berbuat amal kebajikan.
Dengan kondisi miskin akan mendorong seseorang berbuat tidak baik yang berujung pada dosa.


Minta Cium

Istri : Mas minta cium dong....
Aku : Males ah.... Kamu belum mandi.
Mulai lah istri ndesel-ndesel Wall E.
Istri : Lumayan...
Aku : Haduuuuh.....





HARUS KUAT

Kalian harus kuat. Agar kamu bisa menolong dirimu sendiri. Membantu orang lain yang membutuhkan. Hiduplah sederhana karena kalian memil...