Thursday, March 24, 2016

Sang Pelikan

Kita melakukan segalanya untuk mereka yang kita kasihi.

Ada ide dikepalaku, untuk membuat sebuah ukiran dari batu alam. Dalam kepalaku terbersit bagaimana menambah keindahan dan memberi nilai tambah berupa pelajaran moral bagi mereka yang menikmati keindahannya.
Kulakukan pencarian ide untuk membuat ukiran tersebut. Ada beberpa ide tapi akhirnya kupilih Pelican.
Pelajaran besar yang saya lihat di tahun 2014 adalah saya melihat, banyak orang mengorbankan harga dirinya, anaknya, orang tuanya, saudaranya, sahabatnya, kekasihnya hanya demi kesenangan. Ada anak over dosis narkoba, ada yang mati karena oplosan. Ada kekasih mengkianati pacarnya, ada istri berbuat tidak senonoh dengan alasan terpelesat. Ada Pastor tidur dengan umatnya. Rumit sekali
Dengan merefleksikan diri pada Pelican saya berharap sebaliknya. Setiap orang bisa berkorban untuk kebaikan setiap orang yang mereka kasihi.

Menurut legenda, Pelican di masa kelaparan akan melukai dirinya sendiri, merobek dadanya dengan paruhnya untuk memberi makan anak-anaknya dengan darah dan dagingnya agar mereka tidak kelaparan.
Ada pula pemikiran bahwa Sang Pelican memberi darahnya kepada anak-anaknya agar mereka pulih, hidup kembali sementara ia sendiri kehilangan nyawanya.

Dibawah ukiran aku tuliskan Ad morijam Dei Gloriam yang merupakan semangat kaum Jesuit. Arti tulisan adalah untuk "demi lebih besar kemulian Tuhan".

Dimulai dari Adi Nugroho mencari batu yang sesuai untuk keperluan pembuatan ukiran. Awal July 2013 Adi dengan mengendarai sepeda motor, berkelana dari satu kota ke kota lainnya. Mencari batu yang sesuai dengan mimpi bukanlah hal mudah. Dari Magelang, Jogjakarta, Muntilan, Wonogiri dan akhirnya batu yang diinginkan didapat di daerah Wonosari, Semanu. Perlu 4 orang dewasa untuk mengangkat batu itu. Dalam perjalanan Adi ikut merasakan gempa.

Batu itu ditambang di kedalaman sekitar belasan meter dari permukaan tanah. Dengan bobot sekitar 100Kg tiap lempengnya, mereka menarik secara manual keatas permukaan tanah. Bisa dibayangkan betapa sulitnya.



Adi Nugroho - Mencari source batu yang sesuai.

Awal Agustus 2014 Adi menyelesaikan pesanannya untuk mendapatkan batu yang sesuai. Mas cholis menjemput batu tersebut dengan Grandmax. Ada sekitar 10 lempeng yang perlu dibawa. Begitu berat beban yang harus ditanggung mobil Grandmax hingga ban meletus 3 kali, mungkin karena berat yang diangkut sekitar 1 Ton.


Mas Chois - Membawa batu dari Sleman ke Pekalongan


Aktor intelektual 












 Pandu dan Coco ikut membantu....




 Menjadi hiasan


 Senang berpose dengan latar belakang Sang Pelican.
 Belum sempurna tapi mendapat banyak pujian


Saya berharap setiap orang yang melihat ukiran ini akan mau dan mampu untuk mengorbankan dirinya. Saya berharap, tiap orang yang membaca tulisan ini bisa membayangkan betapa beratnya perjalanan batu tersebut dari perut bumi hingga akhirnya bisa ditempatkan dengan semestinya.

Inspirasi mengorbankan nyawa demi anak-anak yang dikasihi bisa memberikan semangat kepada kita bagaimana kita mestinya memperlakukan mereka.
Saya selalu ingat pesan Bapak saya "Bapak rela tidak makan asal kalian semua bisa sekolah dengan baik". 
Salah satu hal yang saya teladani. Bahwa saya melakukan hal yang sama. 
Saya berharap semangat ini bisa diteladani, bahwa kita mengorbankan sesuatu untuk kebaikan orang-orang yang kita kasihi berarti akan membuat dunia lebih baik.
Membuat dunia lebih baik, artinya lebih memuliakan Tuhan.

1 comment:

  1. Bahagia yang sempurna adalah saat kita sdh tidak berpikir tentang diri kita sendiri, lebih kepada pelayanan. Tuhan memberkati mu,damai dalam kasih Tuhan. Happy Easter Day. Berkah Dalem

    ReplyDelete

HARUS KUAT

Kalian harus kuat. Agar kamu bisa menolong dirimu sendiri. Membantu orang lain yang membutuhkan. Hiduplah sederhana karena kalian memil...