Pada tahun 1965 banyak orang mati karena prasangka-prasangka buruk yang diberikan kepada musuhnya. Banyak orang saling menaruh curiga pada akhirnya mereka saling menyerang. Prasangka disebarkan dimana-mana sehingga menjadi pendorong yang besar untuk melakukan pembantain suatu kaum.
Didaalam kitab suci juga ada sebuah kisah dimana semua bayi lelaki harus dibunuh karena salah satu dari mereka akan menjadi pengganti sang penguasa. Kurang jelas apakah pada akhirnya pembunuhan para bayi lelaki ini berhasil merubah keadaan.
Dalam sebuah perkawinan ketika salah satu pihak menaruh prasangka tanpa diselesaikan, maka perkawinan itu hanya menunggu waktu sebelum akhirnya bubar.
Dalam sebuah organisasi kekompakan team dengan mudah bisa dipecah ketika prasangka muncul terhadap anggota lain. Bila tidak segera diatasi maka tujuan organisasi itu tidak akan tercapai.
Alkisah jaman dahulu kala di sebuah desa di pesisir Selatan pulau jawa. Ketika transportasi begitu jarang. Selain karena minimnya kendaraan dan jalan yang belum banyak dibangun.
Sebuah keluarga mendapat masalah. Salah satu anggota keluarga mereka meninggal di sebuah rumah sakit di kota.
Para tetangga berkumpul dan mendiskusikan bagaimana membawa jenasah itu pulang dan disepakati ditunjuk 3 orang untuk mengusung jenasah dari RS ke rumah. Satu orang pertama ditunjuk karena dia yang dianggap pemimpin di kampung itu dan dua lainnya karena dianggap paling kuat.
Akhirnya 3 jagoan yang terpilih karena dianggap mampu mengemban sebuah misi, 'membawa pulang jenasah".
Setelah menyelesaikan urusan administrasi, sang pemimpin mengajak dua rekannya segera bergegas. Karena memang hari telah sore.
Perjalanan menjadi lebih sulit, karena hari mulai gelap. Dengan obor di tangan sang pemimpin memandu teamnya yang mengusung mayat, satu didepan dan satu lagi di belakang. Sang pemimpin berjalan paling depan, memilih jalan untuk melewati ladang, sawah-sawah kering dan hutan kecil. Terkadang mereka tidak melewati jalan setapak dikarenakan ingin mempersingkat jarak.
Keheningan mulai menyiksa, hanya derap langkah mereka terdengar.
Untuk menghilangkan kesunyian karena mereka lama terdiam. Sang pengusung belakang berkata pada temannya di depan.
"Kang-kang langite mendung".
Dalam penangkapnya terdengar "Kang-kang mayite mlendung".
Mendengar bahwa mayat mlendung sang pengusung depan segera berjalan bergegas. Sementara sang pemikul belakang masih bisa mengikuti meski mulai susah.
Pengusung depan mulai berpikir kurang baik dengan kondisi mayat.
Tak berapa lama, gerimis kecil mulai turun, keadaan ini tidak dirasakan oleh sang pemimpin dan pengusung depan. Tapi hal ini mulai dirasakan mengganggu oleh pengusung belakang yang mulai keteran karena harus mengikuti gerakan teman didepannya.
Pengusung belakang kemudian bicara, "Kang saiki grimis" didengarknya "Kang saiki mringis"
Maka segeralah pengusung depan mempercepat langkahnya. Dengan membayangkan kondisi mayat meringis, di belakang punggungnya.
Ketakutan mulai mearasuk dalam jiwa pengusung depan.
Sang pemimpin menyadari bahwa teamnya bergerak lebih cepat. Maka diapun mempercepat langkahnya. Tanpa mencari tahu kenapa mereka bergerak lebih cepat. Dalam pikirannya, teamnya bergerak cepat karena hari telah malam dan kondisi mulai gerimis.
Tidak demikian bagi sang pengusung di belakang. Dia yang harus megikuti gerakan temannya di depan mulai kewalahan dan berusaha mati-matian untuk mengikuti kecepatan teman didepan.
Karena sudah tidak mampu lagi mengikuti gerakan teman dibelakang, diapun mulai teriak.
Kang, mandeg-mandeg (Berhenti-berhenti) sambil setengah berteriak.
Teriakan itu membuat terkejut pengusung didepan yang segera melemparkan usungan mayat dan mengambil langkah seribu.
Sang pemimpin yang melihat temannya tiba-tiba panik dan mengambil langkah seribu, ikut-ikutan berlari sambil mengejar pengusung didepan.
"Ono opo Kang?"
"Mayite ngadek."
Dan mereka berdua berlari tanpa memperdulikan mayat dan pengusung di belakang.
Karena ditringgal berlari tanpa tahu penyebabnya, pengusung belakang berteriak.
"Kang enteni.... Kang enteni...." dan dari kejauhan Sang pemimpin dan pengusung depan mendengar suara "Kang nututi..... kang nututi....".
Singkat cerita mereka bertiga sampai di desa. Mereka berkumpul dan berdiskusi tentang apa yang terjadi.
Setelah semua paham masalahnya. Mereka beramai-ramai kembali ke tempat mayat tadi ditinggalkan.
Banyak hal bisa diambil dari hal diatas.
Pemimpin yang tidak menyadari situasi dalam teamnya.
Prasangka diluar nalar yang akhirnya merusak rencana kerja team.