Dimana... di masa kiniCinta putih susah dicariTanyakan hatimuLupakan egomuJangan biarkan kasih berlalu
Mengapa... kau pergi lagiMeninggalkan kasih sendiriTiada alasanJuga tiada pesanKau tegaOh sungguh kau tega
Reff :Jangan sampai kau terlenaSeperti diriku yang duluJangan biarkan dia pergiNanti kau yang menyesal juaDia irama hidupmuMohon maaf kembali padanya
Kekasih... tiada duanyaJangan sia siakan diaKharisma cintanyaSuci tak bernodaYang didambakanSemua insan
Black Valentine
Tuesday, January 28, 2014
Thursday, January 9, 2014
E L A N G
Alkisah ada sepasang
elang yang dimabuk asmara.
Ketika waktunya tiba,
mereka membangun sarangnya diatas rumah petani.
Buah kasih mereka
menghasilkan tiga telur indah bagi mereka.

Ketika si elang jantan
datang, sadarlah mereka bahwa sebuah telur mereka telah hilang.
Waktu berlalu dan
tibalah saat telur-telur itu menetas. Telur yang jatuh di petarangan ayam
juga menetas. Anak elang yang tinggal di sarang elang diasuh seperti layaknya
elang. Elang yang jatuh ke petarangan di asuh oleh induk ayam seperi layaknya
seekor ayam.
Setelah lima bulan
berlalu, tibalah saat elang untuk belajar terbang. Dengan kesaharian meliahat ayah dan ibu,
tidak sulit bagi mereka untuk terbang. Akhirnya mereka sekeluarga meninggalkan
rumah petani, terbang tinggi ke pegunungan sebelah barat.
Tidak demikian dengan
anak elang yang diasauh oleh para ayam. Sayap yang lemah menjadikan dia
tidak mampu untuk terbang.
Seperti rekan yang
lain, tiap pagi para ayam keluar dari kandang. Berkokok sekeras dan semampu
mereka untuk membangunkan semesta.
Anak elang itu merasa
bangga dalam kumpulan di pertanian. Dia mampu berkokok paling lantang dan kuat dibanding
teman-teman sesama ayam. Paruh yang tajam membuat teman-temannya menjadikan pemimpin bagi mereka.
Rasa bangga ini
dibawa hingga dewasa. Suatu kebanggan diwilayah pertanian itu.
Suatu hari. Di kala
siang menyengat bumi.
Dikala langit cerah
berwarna biru. Munculah seekor elang. Mulanya dia terbang tinggi. Kemudian
menukik mencoba mengambil ayam yang sedang bermain.
Menyadari bahaya muncul,
seekor ayam jago berkokok lantang memberi tahu tekan-rekannya tentang bahaya
yang muncul. Sepontan ayam-ayam itu berlarian masuk kekandang. Tak terkecuali
elang muda itu.
Di tempat aman, elang
muda itu menatap sang elang yang mengganggu kawanannya dengan ketakjuban. Betapa
besar dan gagah sang elang. Berparuh, berbulu dan bersayap seperti mereka tetapi dengan kharisma yang luar biasa.
Sejak saat itu, sang
elang muda sering menatap langit. Menunggu munculan sang elang. Dari rasa
takut pada mulanya, kini mulai tumbuh kekaguman pada sang elang.
Anak elang muda itu
mulai berkoar dengan suara yang lantang, betapa ingin dia menjadi elang
itu. Tiada hari dilalui dengan suara yang tajam tentang keinginanya
menjadi seekor elang.
Terbang tinggi
mengarungi langit. Melewati gunung menentang angin.
Pada suatu ketika sekumpulan elang muncul lagi di langit. Tidak seperti saat pertama kemunculan, sang
elang hanya terbang di langit, berputar-putar di langit biru.
Para elang itu bercanda
dengan temannya. Beradu kecepatan terbang dan menguji nyali kemampuan mereka
menukik. Suara mereka yang melengking tinggi, menciutkan setiap mahluk yang
mendengar.
Sang elang muda menatap
kagum pada elang-elang itu. Di kayalannya dia adalah salah satu kumpulan itu.
"Ibu.... Apakah
ketika aku besar nanti, bisa seperti elang itu?" tanya elang muda kepada sang induk sambil matanya tetap memandang ke langit dengan kekaguman.
Sang Ibu pun menjawab
"Anakku.... kita adalah ayam. Kita menjalankan takdir kita sperti layaknya
ayam. Kita harus bangun pagi, berkokok selantang mungkin,
membangunkan tuan kita".
Setelah terdiam sejenak
Ibunya menambahi "Menjadi seekor ayam adalah tugas mulia, kita harus
bangga menjadi seekor ayam".
Mata elang muda itu
tetap menatap langit.
Ada pergulatan dalam
diri. Menerima takdir dengan lapang dada atau berlatih terbang seperti
sosok elang yang tengah di kagumi.....
Subscribe to:
Posts (Atom)
HARUS KUAT
Kalian harus kuat. Agar kamu bisa menolong dirimu sendiri. Membantu orang lain yang membutuhkan. Hiduplah sederhana karena kalian memil...
-
Thomas, Oni dan Toni Rinjani - Kami bisa melalui ini. Kita bisa.... Rinjani - Membawamu kesini, tak sesulit mengajari seekor keleda...
-
Kita melakukan segalanya untuk mereka yang kita kasihi. Ada ide dikepalaku, untuk membuat sebuah ukiran dari batu alam. Dalam kepalaku...