Thursday, January 9, 2014

E L A N G


Alkisah ada sepasang elang yang dimabuk asmara.
Ketika waktunya tiba, mereka membangun sarangnya diatas rumah petani.
Buah kasih mereka menghasilkan tiga telur indah bagi mereka.
Ketika sang elang jantan pergi, datanglah seekor elang pemangsa mendekati rumah petani. Elang pemangsa memiliki keelokan luar biasa. Dengan bulu putih mengkilat dikepala dia menjadi salah satu raja di wilayah pegunungan itu. Elang betina itu kagum pada keelokan elang pemangsa. Pada akhirnya mereka bercengkerama dan tanpa sadar sebuah telur jatuh tepat di petarangan ayam.
Ketika si elang jantan datang, sadarlah mereka bahwa sebuah telur mereka telah hilang.

Waktu berlalu dan tibalah saat telur-telur itu menetas. Telur yang jatuh di petarangan ayam juga menetas. Anak elang yang tinggal di sarang elang diasuh seperti layaknya elang. Elang yang jatuh ke petarangan di asuh oleh induk ayam seperi layaknya seekor ayam.

Setelah lima bulan berlalu, tibalah saat elang untuk belajar terbang. Dengan kesaharian meliahat ayah dan ibu, tidak sulit bagi mereka untuk terbang. Akhirnya mereka sekeluarga meninggalkan rumah petani, terbang tinggi ke pegunungan sebelah barat.
Tidak demikian dengan anak elang yang diasauh oleh para ayam. Sayap yang lemah menjadikan dia tidak mampu untuk terbang.
Seperti rekan yang lain, tiap pagi para ayam keluar dari kandang. Berkokok sekeras dan semampu mereka untuk membangunkan semesta.
Anak elang itu merasa bangga dalam kumpulan di pertanian. Dia mampu berkokok paling lantang dan kuat dibanding teman-teman sesama ayam. Paruh yang tajam membuat teman-temannya menjadikan pemimpin bagi mereka.
Rasa bangga ini dibawa hingga dewasa. Suatu kebanggan diwilayah pertanian itu.

Suatu hari. Di kala siang menyengat bumi.
Dikala langit cerah berwarna biru. Munculah seekor elang. Mulanya dia terbang tinggi. Kemudian menukik mencoba mengambil ayam yang sedang bermain.
Menyadari bahaya muncul, seekor ayam jago berkokok lantang memberi tahu tekan-rekannya tentang bahaya yang muncul. Sepontan ayam-ayam itu berlarian masuk kekandang. Tak terkecuali elang muda itu.
Di tempat aman, elang muda itu menatap sang elang yang mengganggu kawanannya dengan ketakjuban. Betapa besar dan gagah sang elang. Berparuh, berbulu dan bersayap seperti mereka tetapi dengan kharisma yang luar biasa.

Sejak saat itu, sang elang muda sering menatap langit. Menunggu munculan sang elang. Dari rasa takut pada mulanya, kini mulai tumbuh kekaguman pada sang elang.
Anak elang muda itu mulai berkoar dengan suara yang lantang, betapa ingin dia menjadi elang itu. Tiada hari dilalui dengan suara yang tajam tentang keinginanya menjadi seekor elang.
Terbang tinggi mengarungi langit. Melewati gunung menentang angin.

Pada suatu ketika sekumpulan elang muncul lagi di langit. Tidak seperti saat pertama kemunculan, sang elang hanya terbang di langit, berputar-putar di langit biru.
Para elang itu bercanda dengan temannya. Beradu kecepatan terbang dan menguji nyali kemampuan mereka menukik. Suara mereka yang melengking tinggi, menciutkan setiap mahluk yang mendengar.
Sang elang muda menatap kagum pada elang-elang itu. Di kayalannya dia adalah salah satu kumpulan itu.
"Ibu.... Apakah ketika aku besar nanti, bisa seperti elang itu?" tanya elang muda kepada sang induk sambil matanya tetap memandang ke langit dengan kekaguman.
Sang Ibu pun menjawab "Anakku.... kita adalah ayam. Kita menjalankan takdir kita sperti layaknya ayam. Kita harus bangun pagi, berkokok selantang mungkin, membangunkan tuan kita". 
Setelah terdiam sejenak Ibunya menambahi "Menjadi seekor ayam adalah tugas mulia, kita harus bangga menjadi seekor ayam".
Mata elang muda itu tetap menatap langit.

Ada pergulatan dalam diri. Menerima takdir dengan lapang dada atau berlatih terbang seperti sosok elang yang tengah di kagumi..... 

No comments:

Post a Comment

HARUS KUAT

Kalian harus kuat. Agar kamu bisa menolong dirimu sendiri. Membantu orang lain yang membutuhkan. Hiduplah sederhana karena kalian memil...