Monday, March 24, 2014

CACAT PUSAKA PERCERAIAN

Seorang anak mengutarakan, betapa perceraian telah hancurkan semua hal indah yang dulu pernah iya miliki. Begitu pula dengan anak-anak lain, mereka tentu juga merasakan hal yang sama. Tidak anak perempuan ataupun lelaki semua merasakan kesakitan yang sama.
Seperti sebuah mainan indah yang mereka miliki, tiba-tiba direnggut dari tangannya. 


Luka teramat dalam ini, akan mempengaruhi kehidupan mereka dikemudian hari. Cacat pusaka yang terbentuk dari kegagalan orang tuanya untuk mempertahankan perkawinan, membawa pengaruh besar tidak saja terhadap anak-anak yang telah Tuhan titipkan bagi mereka untuk dibesarkan tetapi juga membawa pengaruh besar bagi saudara, orang tua dari pasangan tersebut.
Kadang perkawinan begitu menyakitkan untuk beberapa orang.

Ada beberapa kisah aku pernah dengar dan ada pula yang aku alami sendiri.

Seorang teman wanita akhirnya harus berpisah dengan suaminya. Aku tahu sendiri, dia harus mengorbankan mantan pacar yang sebenarnya juga sangat dia cintai. Mengorbankan juga banyak hal yang dia telah miliki dan harus relakan untuk memulai dengan seseorang yang dia pilih untuk dinikahi.

Karena suatu alasan yang menurutnya masuk akal dan terbaik pada saat keputusan itu diambil, akhirnya mereka menikah.

Waktu berlalu dan ketika manisnya perkawinan berubah menjadi sebuah neraka, mereka memutuskan untuk berpisah.

Sama seperti ketika mereka mulai menikah. Ketika mereka bercerai alasannya pun masuk akal dan terbaik pada saat keputusan itu diambil.


Begitulah pernikahan dimulai begitu pulalah itu diakhiri. Dengan pertimbangan yang sama baiknya, menurut kebenarannya saat itu. Menurut situasi saat itu.

Tapi bagaimana dengan anak? Apakah dia harus mau menerima kebenaran orang tuanya saat itu?

Bagaimanakah kehidupan barunya tanpa keluarga yang semestinya menjadi sandaran hidupnya? Sebuah lahan cinta untuk anak tumbuh dan berkembang.

Ada luka batin disana, yang akan dibawanya terus menerus. Akan membuatnya mengambil keputusan-keputusan tanpa kesadaran nya sendiri. Mungkin istilah cacat pusaka perceraian ini mendorong nya menjadi manusia tidak utuh.


Pasangan semestinya mempertimbangkan resiko yang akan timbul sebelum mereka memutuskan untuk bercerai.


Ada sebuah kisah. Tentang seorang istri yang memiliki suami yang berperilaku buruk. Lebih tepat dikatakan buruk sekali. 
Selain suka selingkuh, sang suami rupanya juaga mempunyai tabiat kasar. Memukul istri bukanlah hal pantangan baginya.

Hal ini tidak menjadikan sang istri mengambil langkah untuk mengajukan gugatan perceraian. Atau meninggalakan suaminya dan kembali pada ayah ibunya.  Meski tetangga, saudara, bahkan anak-anak tahu perilaku buruk tersebut. 
Tetangga, teman dan sahabatnya pun telah menyarankan untuk bercerai.
Tetapi si Ibu ini memilih untuk tetap bertahan.


Ada suatu hal yang menarik, ketika kutanyakan "kenapa tidak mengambil tindakan atas perilaku buruk sang suami?" 
Jawabnya sungguh mencengangkan, karena dia orang Katolik, sudah berjanji sehidup semati untuk tidak berpisah. Perceraian adalah suatu yang tabu untuk dibicarakan, dipikirkan apalagi direncanakan.

Yang menarik bagiku, kenapa ketika kutanyakan tentang "mengambil tindakan atas perkawinannya", pikirannya langsung mengarah ke peceraian? (aku ndak mikir seperti itu). 
Kupikir karena setiap orang yang dia temui menyarankan perceraian sebagai solusi masalah. Jadi pikirannya langsung mengarah pada titik itu.

Dengan mengelus dada kukatakan, bahwa sikapnya salah. Menurutku, my personal opinion, semestinya dia pergi ke polisi, lembaga perlindungan wanita atau bantuan-bantuan lain yang memungkinkan.

Menurutku, meski dengan alasan berbeda, perceraian memang bukan hal yang menjadi bahan pertimbangan penyelesaian masalah. Meskipun bahkan gereja Katolik pun saat ini lebih terbuka terhadap ide perceraian (Pembatalan perkawinan) atau istilah apapun. Ide tentang memisahkan seorang istri dengan suami dan keluarganya adalah bukan ide yang benar.

Bagaimana kalau pihak wanita pergi kekantor polisi? Suami di penjara. Lalu sadar? Peluang itu tetap selalu ada. Kita harus selalu berpikir bahwa seperti manusia lain, harus diberi kesempatan kedua.

Bagaimana kalau tidak sembuh juga?? Bagaimana kalau kita beri kesempatan sampai 7X?? Kukira ide ini perlu dipertimbangkan.

Bagaiamanapun sudah ada kekerasan terjadi disana. Anak-anak telah diberi tontonan yang tidak semestinya. Menambah dengan tontonan perceraian bukanlah hal yang baik. Memberi kesempatan sang ayah untuk berubah. Mungkin suatu hari sang ayah akan meminta maaf seperti yang terjadi di film-film itu.


Bagaimana kita belajar dari hal diatas? Lingkungannya menyarankan perceraian, sebagai solusi praktis. Sementara sang istri bertahan dengan alasan religi. Alasan keimanan. Dimana setiap penderitaan akan berbuah manis dikemudian hari. Sebuah derita yang semestinya memang dia tanggung.

Meski arahnya bukan perceraian alasannya menurutku kurang tepat.

Kotbah kemarin tentang ide perceraian juga. Tentang seorang wanita yang memiliki suami suka selingkuh. Tentang penderitaanya dan ide perceraian untuk menyelesaikannya.

Sang istri mengutarakan, dirinya merasa punya hak hidup bahagia juga. Kebetulan seorang duda yang merupkan teman baiknya mengajak untuk memulai kehidupan baru.

Pertanyaannya sederhana.  
Akankah mereka bisa bahagia? 
Berapa persen kemungkinannya mereka bisa berhasil dalam pernikahan keduanya? Sakitkah kegagalan perkawinan pertamanya? Kalau kegagalan itu menyekaitkan, mungkinkah dua orang sakit itu bekerja sama saling mengobati?


Akankah mereka bisa bahagia? Tanpa keinginan untuk menghakimi atau mencoba mendahaului kehendak yang kuasa. Jawabnya “Mungkin”. Karena tidak ada hal yang tidak mungkin di dunia ini. Kemungkinan berhasil selalu ada. Kemungkinan gagal juga ada. Tapi kalau mereka belajara dari pengalaman sebelumnya. Dimana mereka berdua mengawali perkawinan dengan proses pencarian belahan jiwanya. Setelah berhasil, mereka memutuskan untuk menikah. Memilik beberapa anak dan kini akan memulai lagi dengan persiapan lebih cepat dan informasi lebih sedikit.


Berapa persen kemungkinannya mereka bisa berhasil dalam pernikahan keduanya? Jawabannya matematis sekali. Tiap orang akan memiliki jawaban yang berbeda. Anggap saja supaya adil 50%, sebuah jawaban matematis yang merupakan compromi antar mereka yang setuju si wanita bercerai dan memulai kehidupan baru dengan sang duda.


Sakitkah kegagalan perkawinan pertamanya? Sakit, sakit sekali. beberapa orang rela mengakhiri hidupnya ketika perkawinannya gagal. Hal ini mereka lakukan karena mereka sudah tidak sanggup lagi menanggung sakitnya. 



Kalau kegagalan itu menyekitkan, mungkinkah dua orang sakit itu bekerja sama saling mengobati? Coba anda membayangkan. Ketika anda tidak punya uang, dan datang seseorang meminjam uang pada anda, apa jawabnya? 
Mungkin perumpamaan tidak sebanding.
Kalau anda pusing, mungkinkah anda menolong teman anda yang sedang pusing? Mungkin perbandingan ini lebih sebanding.
Lebih baik sembuhkan dulu pusing anda dan setelah itu membantu teman anda yang pusing.

Dua orang memiliki masalah perkawinan. Berkumpul bersama seperti mengumpulkan dua masalah dalam satu atap?


Anak adalah area utama yang harus dipikirkan ketika anda berencana mengakhiri perkawinan.
Tiap orang boleh mengambil keputusan praktis yang menyenangkan hati dengan cara mengakhiri perkawinan. Bagaimanakah kebahagian yang anda raih dari hasil perceraian, anak tetap telah menjadi korban.
Jika perceraian akhirnya menjadi sebuah pilihan, langkah untuk melindungi anak dari bencana ini harus segera diambil.
Banyak contoh dari buah perkawinan yang gagal telah membuahkan petaka bagi anak-anak. 
Anak tidak percaya pada lembaga perkawinan.
Anak tidak lagi percaya tentang kekuatan cinta.
Anak menjadi menderita karena kegagalan bahtera rumah tangga.
Anak menjadi minder karena menjadi berbeda dibanding lingkungannya.
Kesemuanya itu akan membuat cacat pusaka pada sang anak.
Cacat pusaka yang tidak bisa mereka damaikan pada gilirannya membawa mereka menuju jurang kehancuran.

Perkawinan bukanlah hal mudah. Menyatukan dua buah mahluk yang memiliki latar belakang berbeda, kecerdasan berbeda, visi berbeda, kehendak berbeda, hoby berbeda dan perbedaan lain dalam sebuah atap.
Ketika kita masih remaja, visi kita tentang cinta begitu sederhana. Asal cantik dan ganteng cukup.
Dewasa sedikit cantik dan ganteng ditambah baik.
Tambah dewasa lagi cantik dan ganteng, baik dan punya masa depan.
Dewasa lagi sedikit berubah, bobot bibit bebet.
Visi kita tentang cinta bertambah dengan bertambahnya umur.
Ketika kita tua, kita tetap mencintai pasangan kita. Meski bau, jelek dan setumpuk kejelekan lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Tapi kita tetap cinta. Kenapa?? Terpaksa atau apa?
Jawabannya karena setelah tua, kita menemukan cinta sejati kita pada pasangan kita.

Ada cinta yang menutupi keburukan pasangan kita. Ada cinta yang mengobati rasa sakit. Selalu ada cinta disana yang akan menyatukan perbedaan yang muncul. 
Dalam perjalanan waktu, masalah selalu ada. Dari persoalan ekonomi, perselingkuhan, campur tangan mertua, pandangan politik dan hal lain seperti layaknya kehidupan akan tetap muncul.
Bukan hal mudah. Tetapi kita orang yang percaya Tuhan, selalu harus yakin, bahwa selalu ada pertolongan dariNya ketika kita berusaha.
Ingatlah sebuah kisah tentang perkawinan di Kana. Hal pertama yang dilakukan Tuhan ketika datang ke dunia bukan untuk menghidupkan orang mati, menyembuhkan orang sakit kusta atau mengajarkan kebajikan.
Hal pertama yang Dia pilih untuk dilakukan adalah "menyelamatkan perkawinan".


Saturday, March 15, 2014

KENAPA BOHONG


Kadang kita dihadapkan pada persoalan rumit dan akhirnya kita berpikir, bohong adalah jawaban terbaiknya. Ini bukan masalah besar.
Ketika dalam situasi yang tidak rumit dan kita berbohong, ini mesti sebuah masalah besar.
Seseorang pernah menasehati diriku, sebuah kebohongan akan memerlukan kebohongan lain untuk menutupinya. Kebohongan baru memerlukan kebohongan lain untuk menutupinya, begitu terus menerus dan secara tidak sadar akan menjadikanmu seorang pembohong.
Mungkin nasehat diatas tidak sepenuhnya benar. Itu kalau dilihat dari kebiasaan.

Sebuah ulasan seperti dilansir Lovepanky. Kenapa seseorang berbohong.

1. Kebiasaan
Berbohong bisa bersumber dari kebiasaan yang kita lakukan sehari-hari. Mereka yang memiliki kebiasaan semacam ini lebih suka mengatakan ketidakjujuran ketimbang kebenaran.

2. Malu
Anda berbohong karena ingin menyembunyikan kejelekan atau kekurangan Anda. Ini bisa saja berkaitan dengan hubungan masa lalu Anda dengan sang mantan atau rahasia terdalam Anda yang tidak ingin diketahui siapa-siapa.

3. Tidak ingin menyakiti orang lain
Anda mungkin tidak ingin menyakiti hati pasangan. Anda takut Anda akan mematahkan hatinya dengan mengungkapkan kebenaran padanya.

4. Tidak ingin dihakimi
Beberapa orang tidak ingin membiarkan orang lain tahu rahasia terdalam mereka, yang dapat membuat orang lain menghakimi mereka. Sikap ini kemudian memunculkan keinginan untuk berbohong agar dapat menutupi kekurangan atau rahasia yang disembunyikan.

5. Cara paling mudah
Mengatakan kebenaran sangatlah rumit dan sulit. Dan itu bisa mempengaruhi hidup Anda secara negatif. Alhasil, berbohong menjadi cara termudah untuk mengatasi masalah tersebut.

6. Tidak menghormati diri sendiri
Anda tidak berpikir bahwa Anda memiliki jawaban yang cukup meyakinkan untuk orang lain, sehingga akhirnya Anda berbohong. Ini merupakan tanda bahwa Anda tidak menghormati diri sendiri.

Inilah enam alasan mengapa seseorang akhirnya berbohong pada pasangan atau orang-orang di sekitarnya. Ini menurut Lovepanky.

Aku lebih suka mengatakan. Setelah seseorang menjadi dewasa dan mampu bertanggung jawab secara hukum, alasannya adalah "berbohong karena ada manfaatnya".
Manfaat bagi diri sendiri atau orang lain.

Faktor Manfaat Bagi Pembohong
Mengapa Anda mau berbohong? Salah satunya adalah karena bohong memberikan manfaat kepada Anda, baik secara langsung maupun tidak. Jikalau berbohong merugikan Anda, kira-kira apakah Anda mau berbohong? Terdapat beberapa manfaat yang bisa diraih jika melakukan kebohongan. Kemanfaatan bagi diri si pembohong bisa berupa kemanfaatan psikis maupun fisik dan material. Mungkin Anda hanya bisa mendapatkan satu manfaat dari satu kebohongan. Akan tetapi mungkin juga beberapa manfaat bisa sekaligus Anda dapatkan dari satu kebohongan.

Berikut adalah manfaat-manfaat yang mungkin bisa didapat dari melakukan kebohongan dan menjadi sebab seseorang melakukan kebohongan. Coba Anda ingat-ingat mana yang paling sering Anda lakukan.

Melindungi kepentingan
Menguntungkan kepentingan
Menimbulkan respon emosional tertentu yang diinginkan
Melindungi dari rasa malu, kehilangan muka, atau terlihat buruk
Melindungi dari ketidaksetujuan
Melindungi dari rasa terluka
Melindungi dari kekhawatiran
Melindungi dari konflik
Melindungi dari ketidaknyamanan
Melindungi privasi
Membuat terlihat lebih baik dari yang sebenarnya
Membuat tampak berbeda dari sebenarnya
Mengatur perasaan, emosi dan mood yang dimiliki
Mendapatkan keuntungan personal bagi
Membuat sesuatu lebih mudah atau lebih nyaman
Membantu mendapatkan informasi yang diinginkan
Membantu mendapatkan apa yang diinginkan
Melindungi dari hukuman fisik
Melindungi aset, properti atau harta
Melindungi keamanan
Melindungi dari kehilangan status atau posisi tertentu
Melindungi dari sesuatu yang mengganggu atau yang tak ingin dilakukan

Faktor Manfaat Bagi Orang Lain
Mungkin Anda berbohong bukan untuk diri Anda tapi untuk orang lain. Misalnya pada saat Anda diminta teman Anda untuk membohongi pacarnya kalau teman Anda itu sedang bersama Anda, padahal teman Anda sedang bersama selingkuhannya. Demikian juga saat kakak Anda dicari-cari preman yang mau menghajar, tentu saja Anda akan lebih suka berbohong kakak tidak di rumah daripada kakak Anda kena hajar.

Secara rinci, berikut beberapa alasan yang mungkin membuat Anda berbohong demi orang lain.

Melindungi atau meningkatkan keadaan orang lain secara psikologis
Melindungi atau menguntungkan kepentingan orang lain
Melindungi orang lain dari rasa malu, kehilangan muka, atau terlihat buruk
Melindungi orang lain dari ketidaksetujuan atau luka hati,
Melindungi orang lain dari kekhawatiran
Melindungi orang lain dari konflik
Melindungi orang lain dari ketidaknyamanan
Melindungi privasi orang lain
Membuat orang lain terlihat lebih baik dari yang sebenarnya
Membuat orang lain tampak berbeda dari sebenarnya
Mengatur perasaan, emosi dan mood yang dimiliki orang lain
Mendapatkan keuntungan personal bagi orang lain
Membuat sesuatu lebih mudah atau lebih nyaman bagi orang lain
Membantu orang lain mendapatkan informasi yang diinginkan
Membantu orang lain mendapatkan apa yang diinginkan
Melindungi orang lain dari hukuman fisik
Melindungi aset, properti atau harta orang lain
Melindungi keamanan orang lain
Melindungi orang lain dari kehilangan status atau posisi tertentu
Melindungi orang lain dari sesuatu yang mengganggu atau yang tak ingin dilakukan

Wowww..... ternyata rumit juga masalah bohong berbohong.
Aku pernah dibohongi temanku, pacarku, istriku, rekan kejaku, rekan bisnisku dan anaku juga pernah. 
Dan tentu saja aku pernah berbohong pada temanku, pacarku, istriku, rekan bisnisku, atasanku dan anaku juga.

Beberapa kisah menarik.

Aku pernah dibohongi istriku. Kukira kebohongannya muncul karena ketakutan yang begitu besar yang bisa mengancam keutuhan perkawinan kami.
Dia berbohong karena takut, bahwa ketika aku mengetahui kisah sebenarnya aku akan meninggalkannya.
Setelah memahami situasi. Aku menyimpulkan ini memang sebuah kesalahan. Dan aku tahu persis ini sebuah kesalahan serius. Tapi aku tahu persis, ini tidak akan membubarkan perkawinan kami.
Begitu hebatnya pertengkaran kami, sampai kami memerlukan penasehat perkawinan untuk melewati ini.
Sebuah nasehat aku terima, "biarkan saja". Waktu akan menyelesaikan ini semua. Hanya perlu kesabaran untuk melewatinya.
seperti sebuah bawang, berlapis lapis seperti bawang. Sebuah sikap defensif muncul.

Setelah waktu berlalu lama. Setelah muncul keberanian untuk mengungkapkan. Atau setelah aku bosan memikirkan. Kedamaian mulai muncul diantara kami.
Hal yang paling menyakitkan adalah bahwa ini makan waktu yang sangat lama. Kadang kupikir, kenapa tidak langsung diutarakan. Mungkin seseorang, meskipun sadar dirinya salah, masih memerlukan egonya. Syukurlah sudah berlalu.

Mantan pacar. 
Mantan memang memiliki kebiasaan berbohong. Paling tidak itu kuketahui setelah lama kami berpacaran.
Suatu hari kusadari, ya biarlah. Toh tidak ada orang sempurna di dunia ini.

Ada sebuah kejadian dimana dia berkencan dengan selingkuhannya di sebuah hotel sederhana. Tanpa dia sadari seseorang memergoki dan melaporkan hal ini kepadaku. Ini sebuah perselingkuhan dan bukan sebuah kebohongan.
Tapi ketika dia datang kepadaku dan bersikap seolah tidak ada apapun terjadi, itu sebuah kebohongan.
Bahkan ketika aku memancingnya untuk menceritakan. Sampai suatu hari kusadari, andai dia mengatakan matahari panas, aku tidak akan mempercayai.
Begitualah sebuah kisah harus berakhir. Selain suka bohong ternyata mantan juga bukan orang yang mengagungkan cinta.

Sekali lagi.... Wow....

Aku ingin menceritakan kisah kebohonganku. Tapi sepertinya tidak akan menarik. Lagian aku sudah mulai mengantuk.... So ..... Selamat tidur.

HARUS KUAT

Kalian harus kuat. Agar kamu bisa menolong dirimu sendiri. Membantu orang lain yang membutuhkan. Hiduplah sederhana karena kalian memil...