Friday, January 2, 2015

17 Tahun Merenda Kasih

Saya berjanji mencintai dan menghormatimu, dalam untung dan malang sampai kematian memisahkan kita.


Ketika akan menikah saya ditanya, "Kenapa menikahi Lilik?"
"Karena saya mencintainya." jawabku singkat.
mungkin jawaban diatas tidak tepat, tapi pada saat itu jawabanku seperti itu. Pengertianku seperti itu.
Apakah setiap cinta harus selalu diakhiri dengan pernikahan? Apa beda cinta dan senang?
Kukira, andai banyak pertanyaan itu diajukan kepadaku akan sulit kujawab.
Aku mendifinisikan cinta adalah "ketika kita selalu ingin bertemu dengan seseorang"... itulah cinta. Definisi singkat dan praktis. Mungkin juga tidak benar tapi aku menyukai definisi itu.

Sesekali istri bertanya kepadaku, "Kalau aku meninggal kamu akan kawin lagi?"
Kujawab tegas "tidak."
"Kenapa?"
"Aku sangat menyukai kebebasanku, terlalu banyak hal kukorbankan untuk menjalani pernikahan."
Begitu pernah kujawab dan kujelaskan.
Tapi bila hari ini istri bertanya akan kujawab "Tidak.... Aku tidak bisa mencintai orang lain selain dirimu."

Waktu berlalu setelah 17 tahun menjalani pernikahan. Banyak suka duka aku lalui. Ada kejatuhan ada kebangkitan.
Banyak kejadian membuatku semakin yakin bahwa istriku adalah belahan jiwaku. Hidup dan kehidupanku. kulihat dia begitu setia mendampingi ketika kesulitan datang. Kulihat bagaimana dia merawatku ketika aku sakit. Kulihat bagaimana dia menyiapkan baju untukku. Kulihat bagaiman dia melayani dengan iklas.
Aku orang sederhana. Berharap pada hal-hal sederhana dan hal itu kudapatkan pada diri Lilik. Lilik memenuhi kebutuhanku secara sederhana dan akupun tidak berharap sesuatu yang luar biasa dari istriku.

Penikahan kami menghasilkan sebuah keluarga. Banyak hal kulakukan dan mengorbankan keluargaku. Tapi setelah 17 tahun menikah akau berjanji kepada istriku. Tidak ada teman, hoby atau pekerjaan yang akan menjadikan keluargaku nomer dua dalam prioritas hidupku. Istriku dan keluargaku akan menjadi prioritas utama dalam setiap pertimbangan.
Demikian janjiku kepada istriku dan kuhara aku bisa mmemenuhi janji itu. Tapi kuharap jika dibelakang hari aku punya masalah dan marah-marah di rumah, kuharap istri dan keluargaku akan memahami.... Aku  akan berusaha yang terbaik menjadi suami dan ayah yang baik.

Pandu dan Coco adalah buah cinta kasih kami. Aku memiliki dua anak yang berbeda. Secara fisik dan kemampuan. Tapi keduanya begitu indah.
Kedua anak kami memiliki karakter yang benar-benar berbeda. Yang satu sangat senang belajar dan yang lain tidak suka pelajaran sekolah. Keduanya bandel dan suka bersengkongkol untuk sesuatu yang kekanakan seperti main sampai larut.Tapi aku bangga dengan mereka berdua.
Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Kalau ada kesalahan besar aku sebagai seorang ayah, adalah aku tidak secara penuh mendampingi mereka. Hanya ketika berkumpul, aku ingin dihadapan merekaa ketika mereka membuka matanya dipagi hari sampai malam ketika mereka tertidur, aku mendampingi mereka.
Kugunakan waktu liburku seefektive mungkin mendampingi keluargaku.
Bahkan sampai hari ini kkami sering tidur berempat. Kalau pergi keluar kota dan harus menyewa hotel, kamipun memilih untuk satu kamar. Berdesakan tapi akrab.
Tahun 2014 hal yang berubah Pandu kini lebih tinggi dariku. Coco sudah keterima di SMA Loyola Semarang. Kami pindah rumah. Istri belum juga hamil.

Kami merayakan ulang tahun perkawinan ke 17. Sekalian acara syukuran rumah.
Acaranya sederhana, cuma orgen tunggal, bakar ikan dan makan tentu saja.

Sebuah lagu untuk suami tercinta... Kok "sewu kuto"....  Ndak nyambung khan.

 Ibu dan mas Pomo menyumbangkan lagu.
Pandu dan Nia... Kini sudah menjadi remaja. Keduanya suaranya bagus. "Jangan menyerah"

Ibu dokter menyumbang lagu juga.

Tamunya terlalu banyak. untung datangnya tidak serentak. Syukur semua lancar.



No comments:

Post a Comment

HARUS KUAT

Kalian harus kuat. Agar kamu bisa menolong dirimu sendiri. Membantu orang lain yang membutuhkan. Hiduplah sederhana karena kalian memil...