
Pernah terbayang sebuah dunia penuh dendam?
Seseorang tidak sengaja menculek matamu, karena sangat sakit, kamu memutuskan membalasnya dengan menculek matanya. Lalu dia tidak terima karena dia merasa tidak sengaja dan membalas menculek matamu yang lain? Lalu kamu sangat marah akhirnya kamu menculek mata lainnya?
Apa hasilnya? Dua orang buta.
Andai masih kurang puas, kamu menonjok giginya hingga rompal. Demikian pula sebaliknya gigimu ditonjok dan rompal. Apa hasilnya? Dua orang buta dan ompong.
Dulu kala jaman saya muda.
Mbah Sastro bercerita disela-sela main gaple di pos satpam depan kampus. Bagaimana penduduk desanya menyelesaikan persoalan perselingkuhan.
Penduduk desa sangat kuat untuk menjaga kehormatan sesama penduduk desa. Junjung duwur mendem jero. Mereka sangat menjaga kehormatan sesamanya.
Ketika seorang suami memergoki istrinya berselingkuh dengan tetangganya. Sang suami cukup menemui istri lelaki yang menyelingkuhi istrinya dan melaporkan perselingkuhan tersebut. Mereka tidur bersama dan si wanita akan mendamprat suaminya.
Persoalan selesai. Tidak ada keributan keluar dan semua terjaga kehormatannya.
Tidak perlu mengambil clurit demi sebuah istilah kehormatan dan martabat.
Semua diselesaikan dengan bijak dengan tetap mempertahankan kehormatan masing-masing pihak (paling tidak menurut pemikiran mereka).
"Saru yen nganti padu" atau "Mending kentu timbang padu" mungkin itu yang ada dalam benak mereka.
Mengampuni adalah alternative terbaik dari sebuah perseteruan. Dengan bahasa bisnis bisa dikatakan win win solution.
Terculek memang sakit tapi dengan bantuan sang penculek untuk merawat mata anda, hasilnya lebih baik dibandingkan bila anda harus membalas menculek matanya.
Diselingkuhi memang sakit tapi membalas menyelingkuhi istrinya juga bukan pilihan tepat.
Meski bisa sedikit diplintir suatu penyelesaian yang win win.
Seorang teman ketika tahu suaminya berselingkuh menemui sang suami dan bertanya. "Kamu pilih aku atau dia? Aku tidak bisa hidup dengan kamu tidak focus pada keluarga."
Karena sang suaminya memilih untuk berpoligami sementara sang istri tidak mau dimadu akhirnya mereka memutuskan untuk bercerai.
Mereka menyelesaikan persoalan rumit dan emosional dengan kepala dingin.

Teman yang lain tentang seorang suami yang tahu istrinya berselingkuh dan bertanya pada istrinya, "Kamu mau sama aku atau mau sama selingkuhanmu?" dan sang istri memutuskan untuk tetap bersama keluarganya.
Mereka akhirnya menjalani kehidupan perkawinan dengan labih baik.
Cerita yang lain mungkin agak membosankan didengar meski banyak terjadi.
Seperti kata sebuah ungkapan, seorang lelaki baik mendapatkan istri yang baik (Hanya untuk lelaki, bukan wanita). Saling mencintai menyususuri kehidupan. Saling berpegangan dalam kesulitan. Mereka berjuang bersama membina rumah tangga. Ada riak-riak kecil dalam perkawinan. Memiliki dua oang anak dan keduanya anak mereka menjadi orang sukses.
Ketika mereka berdua meninggal kisah kasih mereka masih terjalin di akherat sana. Wowwwwww....

No comments:
Post a Comment