Ketika dirimu mencintai seseorang dan berkata bahwa "cinta memerlukan pengorbanan", saatnya bagimu untuk mengevaluasi diri. Apakah itu cinta atau sekedar bisnis.
Cinta tidak memerlukan pengorbanan. Segala hal dilakukan dengan rela.
Andai kulakukan yang luhur mulia. Jika tanpa kasih cinta, hampa tak berguna.
Hari ini aku bertemu dengan sahabatku. Sebut saja namanya Bulan. Nama yang harus disembunyikan, masalahnya dia cukup dikenal di lingkungan kerja dan lingkungan sosial kami. Seorang pegawai swasta di perusahaan mapan.
Kami pertama kali bertemu saat bersama mendaki puncak Lawu bersama. Seperti dirinya kami adalah seorang solitaire ketika mendaki gunung.
Naik gunung seorang diri, bukanlah hal aman. Tapi aku suka melakukan karena itu terasa menyenangkan dan menantang. Mendaki sendiri, berjalan dalam kesendirian dan merasakan nikmatnya udara dan indahnya gunung.
Bulan seseorang yang memiliki kemampuan rohani yang mengagumkan. Pemahaman akan menusia dan karakternya bisa diandalkan.
Aku tidak tahu bagaimana dia bisa memiliki kemampuan seperti itu. Kemampuan menebaknya seperti bukan permutasi, seperti melihat dalam kabut katanya.
Dulu diawal perkenalan kami, dalam suatu kesempatan pernah aku mengujinya main tebak-tebakan warna hitam dan merah pada kartu remi. Dia menebak hampir 100%, luar biasa. Sementara aku seperti orang lain, mestinya hanya mampu menebak sekitar 50%.
Ketika kutanyakan tentang kemampuan tersebut, dia menjawab "berlatih dan selalu berlatih, aku berlatih sejak SD, kalau sekarang aku menjadi mahir kukira itu wajar".
Wow....
Meski saat ini kemampuan untuk menebak kartu tidak seperti dahulu, kemampuan itu hanya berubah. Saat ini forcasting menjadi bagian dari pekerjaa, selain memutar uang dipasar saham. Aku tahu persis sebabnya kenapa dia tidak sehebat dulu, "tidak pernah berlatih".
Kami pernah berbicara bahwa menebak apa yang tersembunyi didalam hati manusia itu tidak baik. Selain penuh resiko kesalahan, itu tidak sopan karena melanggar privasi orang lain.
Bulan memiliki seorang istri dengan tiga anak, lelaki dan dua perempuan. Istrinya seorang pegawai negeri bekerja di daerah Pacitan.
Dia berencana mengajak pindah anak istrinya ke Jakarta tapi karena suatu hal sampai saat ini niat itu tidak terlaksana.
Bulan hari ini kelihatan kusut dan gelisah.
"Semua baik?" tanyaku membuka percakapan.
"Lumayan" jawabnya singkat.
Kami memang ada janji ngopi hari ini. Seperti hari-hari lalu kami memang hampir setiap bulan bertemu. Sekedar ngopi atau nonton film.
Mungkin karena persamaan hobby dan nasib, kami menjadi sering bertemu di Jakarta sebagai sesama perantauan.
Setelah memanggil pelayan dan memesan pesanan kami, mulailah kami bicara tentang masa lalu.
Rupanya pembicaraan panjang lebar ini tidak banyak merubah kusam wajah hitamnya, seperti ada awan gelap disana.
"Ada apa, kenapa kusut sekali?"
"Biasalah masalah kantor."
"Halah..... Mana ada masalah kantor bisa membuatmu kusut seperti itu" jawabku membantah pernyataanya.
Aku tahu Bulan selingkuh dengan seorang wanita sebut saja namanya Mawar. Kayaknya ndak enak kalau disebut Mawar, biasanya nama ini dipakai untuk korban perkosaan atau korban kekerasan. Kita sebut saja Melati. Nanti dulu, Melati itu berkonotasi putih dan bersih. Bagaimana kalau kita sebut Lili? Haduuuh itu mirip nama temanku, bisa dicakar aku. Okay.... kita sebut saja Mawar.
Ceritanya begini.
Si Mawar ini dulunya punya dua orang pacar. Kalau tidak salah begitu. Kedua pacaranya ini kebetulan tokoh masyarakat. Yang pertama seorang dosen di sebuah universitas terkenal di Jogja. Sebut saja namanya Matahari. Sebelumnya bertemu Matahari sebetulnya Mawar puncar pacar sebut saja namanya Abi (mulai kesulitan mencari nama pengganti). Abi dan Mawar memiliki kisah cinta yang indah. Mereka berdua membangun cinta bersama.
Tapi suatu hari Matahari muncul dan merusak hubungan keduanya. Mawar terpesona, silau oleh indah sinar Matahari. Setelah menginap di beberapa penginapan dan bercinta. Hubungan itu mulai tercium oleh Abi. Tentu saja Abi yang sangat mencintai Mawar berusaha menyelamatkan hubungan mereka. Konon si Abi sampai di tampar oleh Mawar karena merasa terdesak. Singkat kata mereka bubar.
Di tengah jalan hubungan Mawar dan Matahari bubar. Konon katanya si Matahari hanya ingin tidur dengan si Mawar. Sementara konon ceritanya Mawar sex nya buruk. Disisi lain Mawar focus untuk membangun bahtera pernikahan. Ndak nyambung.
Bubar dari si Matahari Mawar patah hati dan hidupnya hancur. Setelah mencoba bunuh diri dan merubah gaya rambutnya, Mawar bertemu si Bulan.
Bulan yang saat itu sedang jatuh karena istrinya terlibat narkoba dan menghamburkan harta yang dengan susah payah mereka cari bersama, akhirnya mereka saling mengisi.
Aku tahu persis cerita ini, karena ketika Bulan jatuh aku juga bersamanya. Menemani dia bicara dan kadang menemani dia tidur.
Aku tahu betapa berat beban yang menimpa Bulan. Dia tidak terlatih untuk menghadapi situasi ini. Ketika ada seseorang datang menemani dan membutanya lebih tenang, itulah Mawar.
Disatu sisi, aku berterima kasih karena Mawar mengurangi bebanku membantu Bulan. Bersama Mawar keadaan Bulan lebih ceria dan kelihatan membaik.
Dibalik itu semua muncul juga kekuatiran dalam hatiku, dan ternyata benar, mereka terlibat terlalu jauh.
Singkat cerita mereka berdua berpacaran. Dilalui bersama hari-hari indah yang mereka jalani. Meski Bulan sadar bahwa ini buruk mereka tetap melanjutkan hubungan.
Suatu hari muncul si Deni (lebih sulit lagi mencari nama pengganti), aku kurang jelas pekerjaan orang ini. Tapi dia memiliki beberapa wanita lain sebelum bertemu si Mawar.
Dengan kepiawainnya sebagai pemburu wanita Deni akhirnya bisa merebut hati Mawar. Dalam suatu perjalanan dinas si Mawar dan Deni bercinta.
Tapi begitulah Mawar, dia tidak mau melepas si Bulan. Dia ingin tetap mendapatkan keduanya.
Tanpa Mawar bicara, Bulan tahu persis bahwa Mawar dan Deni telah bercinta. Mawar tidak mengelak dan mengatakan bahwa dia telah menemukan cintanya.
Setelah mengingatkan tentang keburukan si Deni, tentang suramnya masa depan si Mawar, Bulan menyerah dan pergi meninggalkan Mawar.
Bulan pergi dan Mawar melanjutkan petualangannya dengan si Deni.
Setelah berpisah dengan Mawar, Bulan tampak sedih tapi akhirnya bisa mengatasi dengan cepat. Bulan menjalani kehidupan normal. Dia kembali menjadi orang baik. Karena Bulan memang pada dasarnya pria yang tidak suka aneh-aneh, Pria sederhana yang terjebak masalah pelik.
Beberapa kesempatan kami ngopi kulihat betapa bahagianya dia.
"Aku bahagia karena bisa terlepas dari belenggu dosa..... Aku bisa mencintai istriku dan keluargaku secara utuh, ini benar-benar suatu karunia yang patut disyukuri" demikian salah satu ungkapan dia.
Roda pedati berputar dan selalu mengikuti sapinya.
Deni meninggalkan bulan. Kegagalan memanfaatkan sex sebagai posisi tawar oleh Mawar menjadi alasan Deni meninggalkan Mawar. Selain banyaknya tuntutan Mawar terhadap Deni, membuat dia harus angkat kaki. Mawar ingin diakui exsistensinya dan bagi Deni ini suatu hal yang mustahil.
Sementara wanita lain yang dimiliki Deni memiliki banyak keunggulan dibanding Mawar, bahkan ada seorang wanita secara kecantikan kalau dibandingkan dengan Mawar, seperti membandingkan foto model dengan anak SMA yang belajar bersolek.
Secara body dan harta Mawar kalah jauh, benar-benar tidak punya kekuatan untuk merebut hati si Deni.
Deni yang telah memiliki beberapa wanita sebelumnya dan tidak ditinggalkan meski memiliki hubungan dengan Mawar tentu saja tidak ambil pusing dengan apa yang dirasakan Mawar.
Tidak demikian dengan Mawar. Kekosongan hidupnya membuat dirinya jatuh kebeberapa lelaki iseng. Prediksi Bulan akan masa depan Mawar sebelum dia tinggalkan menjadi nyata.
Dalam kondisi buruk inilah Bulan dan Mawar bertemu lagi.
Bulan yang jatuh iba karena sang penolongnya hidup seperti itu, mencoba mengulurkan tangan.
"Apa maumu?" tanya bulan dalam suatu kesempatan pada Mawar.
"Aku ingin menyelamatkan hubunganku dengan Deni" jawabnya.
Bulan memberi pengertian pada Mawar bahwa Deni memiliki beberapa wanita yang jauh lebih baik dari Mawar.
Tapi karena baiknya si Bulan akhirnya dia bersedia membantu. Bahkan pernah suatu kesempatan mereka mengikuti Deni ke sebuah hotel dimana Deni sedang bercinta dengan seorang wanita.
Setelah kelelahan membuat si Deni kembali jatuh cinta, akhirnya si Mawar menyerah. Dalam sebuah pertemuan, dalam kesedihan Mawar yang mendalam terjadi pembicaraan.
"Aku sudah sembuh, apakah kamu mau sembuh juga?" tanya Bulan pada Mawar. Dengan sesenggukan Mawar menganguk.
Bulan yang tidak tega akhirnya menasehatinya. "Aku mau mendampingi, menemani dan membantumu asal kamu berusaha menjadi wanita lebih baik....... Aku mau membantu kamu mendapatkan seorang suami yang baik bagimu".
Mawar berjanji pada Bulan untuk berusaha menjadi wanita baik dan ada kesepakatan lain, tapi aku lupa. Mungkin menjaga tetap putih atau apa.
Akhirnya dengan kesepakatan baik itu, Bulan dan Mawar kembali menjalin hubungan. Mawar mencoba dengan beberapa lelaki baik, selalu gagal. Kadang gagal karena si Mawar tidak suka tapi ada juga gagal karena si lelaki lari ketakutan, karena si Mawar sangat agresive.
Hubungan Mawar dan Bulan berjalan dengan baik, Mereka saling mengasihi seperti layaknya sepasang kekasih. Kebahagiaan dijalani dalam kesalahan.
Mereka saling tolong menolong dan saling mengisi kekosongan hati mereka.
Banyak hal mereka lalui bersama. Melakukan pekerjaan bersama, benar-benar pasangan yang serasi. begitu sayangnya si Bulan pada si Mawar sampai Bulan mau berepot-repot membantu Mawar mendapatkan suaminya.
"Aku pernah dalam suatu meeting harus pergi ke ATM, Mawar butuh uang dalam usahanya mendapatkan suami, jadi kutinggalkan meeting dan pergi ke ATM" adalah satu ungkapan keseriusan dan ketulusan Bulan membantu Mawar mendapatkan suami.
Sadar bahwa mereka memulai lagi kehidupan berdosa dan berbahaya.
"Aku tidak tega melihat penolongku jatuh terpuruk, sementara aku semakin baik dan berkibar.... Aku ingin dia semakin mulia dihadapan Tuhan dan manusia" ungkap Bulan dalam suatu kesempatan.
Dalam hal ini, Bulan kuakui memang memiliki kesetiaan yang luar biasa. Aku tahu ajaran-ajaran yang membuatnya seperti itu seperti ungkapan "Hutang paling berat untuk dilunasi adalah hutang budi".
Begitulah kisah kasih mereka. Meski mereka menjalani hal terlarang terlihat nampak indah.
Waktu berlalu dan Mawar belum juga menemukan penolong yang sepadan baginya.
Dalam suatu perjalanan ke Jogja Mawar tergoda untuk bercinta dengan Mintarja (sebut saja begitu) dan mereka bercinta dengan membabi buta.
Pada kejadian kali ini Bulan tidak menaruh curiga sama sekali. Seperti saya bilang diatas, Bulan sudah tidak pernah melatih rohaninya. Mungkin karena kesibukan kantor.
Petualangan Mawar tidak berhenti sampai disitu. Entah karena godaan dunia begitu kuat Mawar juga bercinta dengan Capung (bingung cari nama). Siapa dia aku juga tidak tahu. Tapi katanya lelaki tampan yang mempesona banyak wanita.
Mawar yang kini telah menjadi wanita matang. Dengan kehidupan ekonomi lebih baik dan kemampuan sex bertambah, akhirnya menjalani kehidupan yang aneh.
Konon si Deni juga mulai memasuki kehidupan si Mawar.
Dalam perjalanan ke Jakarta, si Mintarja juga bercinta dengan si Mawar. Konon mereka bercinta di rumah ayahnya dan sang ayah ada di kamar sebelah.
Ajarilah kami bahasa cintamu.
Kami terdiam setelah aku mencoba memahami apa yang terjadi.
"Kenapa Mawar berlaku seperti itu?" tanyaku memecah kesepian.
Masih dalam keheningan.
"Aku salah menilai dia, kukira sesutau yang baik. Ternyata cuma manusia mesum dengan kecerdasan tinggi..... Perilakunya benar-benar brengsek. Lebih brengsek dari seorang lxxte..." emosi bulan naik dengan cepat.
"Ssssst..... ssst... itu bukan bahasamu... Kalau kamu tidak bisa memilih kosa kata yang baik, kita hentikan pembicarran ini" aku mencoba menenangkan Bulan.
"Lxxte lebih mulia dari dia.... Kamu ingat si Ratna... Dia menjual tubuhnya agar bisa kuliah.... Agar bisa tetap hidup.... Dia membiayai banyak anak yatim.... Dia mengirim banyak uang ke orang tuanya... Mawar berzinah hanya untuk fun..... Shit.... Shit..." Bulan ngomong ndak karuan sambil menggelang-gelengkan kepalanya.
Kutunggu suasana agak dingin. Kuambil kopiku dan memulai minum.
"Haduh.... gimana ini. Dialihkan pembicaran atau dikeluarkan saja biar cepat selesai..." aku berbicara sendiri dalam hati.
"Bulan.... kita ngobrol lainnya saja ya..... Bahasamu ndak pantas lewat dimulutmu.... Tapi kalau ada sesuatu yang ingin kamu ungkapkan.... Makian atau apapun.... Aku akan mendengarnya.... Yang penting kamu lega...." aku mencoba menenangkan Bulan.
Diam seribua bahasa.... Kulihat titik air mata mulai mengalir dimatanya.
Kubiarkan Bulan bergulat bertarung dengan semua perasaan tanpa keinginana untuk mencampuri. Kubirkana keheningan menyelimuti kami.
Setelah cukup lama kutanyakan.... "Apa yang kamu rasakan?"
"Aku kecewa sekali. Usaha kerasku untuk membuatnya baik sia-sia.... Aku kecewa sekali dia tidak mendengar apa kataku...." bulan bicara dengan terbata.
Ada kesedihan muncul dalam sudut hatiku. Kupegang tangan Bulan.
"Apa lagi yang kamu rasakan?" aku meminta Bulan mengeluarkan semua bebannya.
"Hhhhhhh.... ya kukira itu....." akhirnya Bulan menyahut.
"Kamu ingat.... Si Ratna kawin dengan seorang ahli bedah?" aku mencoba sedikit membelokan pembicaran agar Bulan tidak terlalu larut.
"Ya jelas ingat... Aku bertemu dengannya setahun lalu. Dia sekeluarga sedang berlibur di Bali.... Aku lihat status di facebook Ratna dan kutelpon karena kebetulan aku juga di Bali... Kami makan bersama. Aku anak-anak dan Ratna sekeluarga" Bulan bercerita sambil mengingat-ingat.
"Good... aku juga sudah tahu cerita itu.... Aku cuma mau omong.... Ratna bisa berubah jadi orang baik.... Maksudku Ratna bisa berbahagia.... Mawar suatu hari mestinya juga bisa khan?" Aku akhiri dengan pertanyaan.
Bulan mengangguk....
"Tahukah kamu..... bahwa yang kalian berdua lakukan, juga hal yang sama buruknya?" aku menambahi penyataanku.
Bulan kembali mengangguk.
"Apakah Mawar sudah kau nasehati?"
"Sudah.... Bahkan dari awal. Sebelum semua memburuk. Dia menyangkal. Dia berpikir aku bodoh. Aku tahu persis dia bohong. Tapi dia kukuh dengan kebohongannya."
"Mawar tidak malu dengan apa yang dia lakukan?"
"Tidak sama sekali.... Bahkan dia selalu yakinkan aku,,,, Apa yang dia lakukan adalah hal baik. Aku juga heran kenapa dia tidak jijik... Aku saja yang tidak telibat langsung begitu jijik."
"Kenapa Mawar ndak pamitan dulu secara baik-baik sebelum memutuskan untuk berhubungan dengan mereka?"
"Mawar kukira ingin mendapatkan semua..... hehhh."
"Apa lagi yang ingin kamu katakan?"
"Mendampinginya sampai saat ini.... Seperti mempersenjatai iblis untuk merusak dunia...."
"Bicaramu banyak ngawur.... Kasar juga..... Kuharap kamu sekarang lebih tenang setelah ada seseorang mendengarmu."
Bulan menyalakan sebatang rokok dan menghirupnya dalam-dalam. Dihembuskan kuat-kuat seperti hendak membuang semua masalah dalam pikirannya.
"Kita bicara lainnya.... Supaya kamu tidak terlalu larut dalam kesedihan.. Aku mau kamu jauhi Mawar..... Aku mau kamu istirahat.... berliburlah.... kamu sudah lama tidak liburan.... Setelah kamu berlibur.... Khabari aku.... kita selesaikan masalah Mawar.... Yang penting kamu tenang" aku mencoba memberi solusi.
Kami melanjutkan pembicaraan kesana kemari. Setelah larut dan kami hendak berpisah.
Kukatakan sesuatu kepada Bulan di tempat Parkir, "Jauhi Mawar.... Tidak usah telpon atau SMS... Jangan berusaha melakukan sesuatu selain beristirahat. Kalau kamu langgar ,hasilnya hanya akan memperburuk dirimu dan Mawar..." aku mencoba menasehati.
"Terima kasih.... mau menemani...." kami melambaikan tangan dan berpisah.
CInta itu lemah lembut. sabar, sederhana, murah hati, rela menderita.
Kira-kira tiga minggu. Aku dan Bulan kembali bertemu. Wajahnya masih suram, belum banyak berubah, meski dia lebih tenang.
"Bagaimana liburanmu?" aku membuka pembicaraan.
"Menyenangkan, aku ke Manado, menengok seorang teman dan berlibur...." Bulan bercerita panjang lebar.
Setelah Bulan lelah bercerita.
"Masalah Mawar masih mengganggumu?" tanyaku memulai pembicaraan.
"Masihlah.... Cuma berkurang... Kayak belum rela...."
"Aku yakin bukan hal mudah mencabut akar pahit dalam hatimu.... Tapi percayalah kamu akan bisa mecabutnya. Kamu akan melalui ini semua dengan baik. Kamu dan Mawar akhirnya jadi orang baik..." aku memberi penjelasan.
"Semoga...."
"Bagaimana kamu bisa tahu cerita itu semua?"
"Begitu alarm bahaya berbunyi, aku segera melatih rohaniku. Itu semua kesimpulanku" jawabnya mantab.
"Haduh..... Bahaya apa?"
"Bahaya buat Mawar kalau dia jatuh lagi"
Aku menggeleng-gelengkana kepalaku......
"Aku kurang sepaham dengan pernyataanmu. Apa yang bahaya? ..... Menurutku egomu yang dalam bahaya, bukan si Mawar. Kita pernah berbicara, tidak melakukan hal semacam itu lagi khan" aku mencoba mengingatkan suatu hal pada Bulan.
"Bukannya kita pernah bicara tentang penghormatan misteri orang lain?...................... Tiap orang berhak untuk menyembunyikan sesuatu,,,,,,,, karena kita tahu, setelah misteri orang itu terkuak kita kehilangan sesuatu pada orang tersebut? Bukannya kita juga sepakati itu tidak baik?..... Kalau orang itu ingin menyembunyikan sesuatu... biarkan saja..... Kita harus menghormatinya. Begiu pula sebaliknya kalau orang itu ingin berbagi misterinya kepada kita.... Kita harus pula menghormatinya. Apa yang salah padamu?" Kuakhiri ceramah tu dengan kalimat tanya yang perlu dia jawab. Aku kurang senang dengan pernyataan Bulan.
"Aku merasa dibohongi.... Aku rela bergelut dosa dengan dia.... tapi akhirnya hanya kegagalan yang kudapat. Kesia-siaan....." Bulan mencoba membela diri.
"Ya... Itu bisa kumaklumi dan kupahami. Tapi kamu tahu itu salah? Tahu salah..... bahwa kamu telah terlalu jauh mencampuri privasi orang lain. Siapa dia? Dia bukan apa-apamu. Dia punya hak yang sama seperti orang lain. Sesalah apapun dia... Segala hak yang ada padanya tetap harus kita hormati..... Kamu tahu kamu salah?" Aku bertanya mendesak.
Setelah diam sesaat Bulan menjawab "Ya aku salah....".
Kami larut dalam diam.
Kuhirup kopiku. Rasanya kurang enak. Mungkin karena aku mendengar omongan Bulan yang ngawur. Tapi bagaimanapun aku bisa memahami perasaanya. Kekecewaanya.
"Kukira banyak ruang kosong dalam dirinya, dia mencoba mengisinya...... Sikapnya yang kurang dewasa karena tidak mau bertanggung jawab dengan keputusannya.... Tapi dari semua... kukira ada sesuatu yang buruk sedang bekerja padanya" Bulan memulai lagi pembicaraan.
"Sesuatu yang buruk?"
"Si jahat sedang bekerja" jawabnya singkat.
"Kamu yakin soal itu?"
"Aku tidak yakin....." Jawabnya lirih.
"Aku tidak yakin.... Kamu tahu... Aku tidak suka berurusan dengan hal semacam ini. Kurasakan saja ada rencana-rencana jahat ada dalam dirinya. Ada kehendak jahat disana. Tapi khabur..... Mungkin aku salah. Emosiku sedang labil dan aku sudah lama tidak melakukan hal ini..... Aku merasakan dan melihat buahnya buruk.... itu saja" Bulan memberi penjelasan panjang.
"Apakah tidak sebaiknya kamu coret saja pendapatmu tentang si jahat sedang bekerja.... Pertama kamu tidak yakin..... kedua ini manusia bukan kartu..." aku mencoba mempertegas situasi keraguan.
"Aku merasakannya....." bulan mencoba memintaku berpikir ulang.
"Sudahlah..... Kita coret saja. Cuma akan memperumit situasi, menjauhkanmu dari penyelesaian masalahmu" aku mempertegas keraguannya.
Setelah kupahami situasinya, aku bertanya lirih pada Bulan "Apa rencanamu?"
"Haduuuh.... bingung aku" jawabnya sambil menggelengkan kepala.
Kupegang bahunya "Friend.... Dulu aku pernah menasehati, kalau mau makan sate, ndak usah memelihara kambing, beli saja di pojok, habis perkara".
"Ngomong apa sih.... Siapa yang mau makan sate? Aku sayang sama dia...."
"Iya... aku tahu" jawabku singkat dan lirih.
Kami berdua hanyut dalam keheningan.
"Apa idemu Mas?" Bulan bertanya setelah cukup lama kami terdiam.
"Aku mengenalmu..... Seperti pernah kamu katakan, niat awalmu baik, sekarang situasi memburuk bagi Mawar dan dimataku.... Buruk juga buatmu" aku mencoba memperjelas situasi.
Setelah terdiam agak lama. "Kamu masih sayang dia?"
"Masih....." jawaban Bulan singkat dan mantab.
"Haduuuuh.... aku sudah tahu persis kamu akan jawab gitu" aku mulai memutar otak.
Setelah agak lama terdiam, aku mulai pembicaraan.
"Friend..... Aku tahu niatmu baik. Aku tahu kamu orang baik. Untuk saat ini, dengar nasehatku" aku memandang tajam kearah Bulan.
Setelah diam sesaat kukatakan "Kalian pernah berpisah, kamu dan Mawar bahagia menjalani kehidupan masing-masing, meski akhirnya Mawar terpuruk".
Aku menambahi "Kadang kamu harus berpikir, seperti kupu-kupu yang keluar dari kepompongnya, lalu kamu membantu dengan menggunting ujung selubung itu agar sang kupu lebih mudah keluar.... ingat cerita yang pernah kamu berikan padaku?" Bulan nampak mengangguk memahami maksudku.
"Akankah kamu memotong kepompong si Mawar.....?" aku bertanya lagi.
"Apakah campur tangamu akan membuatnya lebih baik atau lebih buruk?" aku menambahi petanyaan yang sebetulnya aku tahu persis dia akan menjawab apa.
"Aku tahu kamu memahami semua.... Kebijaksanaanmu lebih dari cukup untuk memutuskan apa yang terbaik bagimu....... aku cuma memposisikan diri sebagai temanmu. Aku memberi pandangan dari sudut berbeda, apa yang baik bagi Mawar. Apa yang mestinya Mawar terima dalam situasi seperti ini" Bulan mengangguk.
"Kupikir.... Di sebuah titik dia akan merasa bersalah dan meminta maaf. Lalu kami menjalani kehidupan yang berbeda. Maksudku sebagai teman, sebagai sahabat. Aku yakin di lubuk hatinya terdalam dia merasa bersalah. Andaikata saat ini dia tidak merasa bersalah, suatu hari aku yakin dia akan merasa bersalah..... Rasanya berat.... ketika dia merasa bersalah atau jatuh lagi.... Aku tidak bisa menemani. Rasanya berat meninggalkan seorang sahabat dadalam kesulitan. Sejelek apapun dia, aku tetap temannya. Seburuk apapun dia rasanya tidak pantas aku meninggalkannya".
"Kamu tidak percaya persahabatan setelah cinta Lan."
"Ya... Aku tidak percaya persahabatan setelah cinta.... Tapi sepertinya aku ingin membuat pengecualian dalam hal ini."
"Aku tahu kamu menyayangi dia.... Membiarkan dia adalah sebuah proses terbaik.... kukira itu jawaban paling kamu inginkan.... sebuah jawaban yang membahagiakan Mawar" aku berusaha meyakinkan Bulan.
"Tinggalkan dia..... biarakan dia bertumbuh.... alam punya kebijakannya sendiri. Biarkan dia mengalami kesakitan untuk keluar dari kepompongnya. Karena kalau kamu membantunya, akan membuatnya tidak bisa terbang. Kamu akan membuat Mawar tidak bisa bangkit lagi?" aku menambahi.
Andaiakan kudermakan semua miliku, hanya kasihmu sanggup membahagiakan.
Satu setengah bulan setelah perrtemuan terakhir. Aku dan Bulan bertemu lagi di sebuah cafe di daerah Senopati.
Wajah Bulan tampak bersinar dan senyum bahagia nampak dari wajahnya.
Bulan banyak berubah, khabar terakhir dia berhenti bekerja. Berlibur dan naik gunung. Manusia satu ini memang seperti tidak terikat sama sekali dengan dunia. Dulu dia kehilangan uang sangat banyak dan dia hanya tersenyum. Tapi ditinggal selingkuhannya berselingkuh dengan orang lain, kayak orang kehilangan akal. Tapi aku percaya itu bukan dia.
"Kamu makin ceria saja.... habis makan sate dimana?" sapaku pada Bulan.
"Lumayan saja" jawabnya sambil tertawa.
Setelah memesan kopi dan berbicara kesana kemari.
"Mawar bagaimana khabarnya?" tanyaku untuk memastikan semua baik.
"Aku tidak tahu.... Terakhir ku sms untuk bertanya, andaikata dia butuh bantuan atau sesuatu. Tapi yang aku tangkap dia tidak mau bertemu lagi denganku.... Padahal kupikir aku seseorang untuk dia.... kukira layak bagi kami untuk berpisah secara baik-baik, saling bersalaman bermaafan" Bulan berhenti agak lama.
"Mungkin tidak perlu atau mungkin dia sedang sibuk dengan..... sudahlah...." Bulan kembali berhenti.
"Kamu tahu.... aku masih sayang sama dia.... berharap yang terbaik untuk dia.... jadi seperti kita bicarakan kemarin.... Biarkan saja dia" jawaban mantab sambil tersenyum.
"Kumaafkan segala hal dia lakukan. Sesakit apapun yang kurasakan.... Aku yakin Mawar mengalami kesakitan yang sama. Sesedih apapun aku.... Aku yakin Mawar lebih sedih."
"Friend.... aku selalu percaya padamu..... Kalau semua orang di dunia mengatakan kamu buruk.. biarlah kukatakan kamu lelaki idolaku" kujawab sambil tersenyum.
"Kamu benar-benar Bulan yang aku kenal...."
"Kenapa keluar kerja?" tanyaku singkat tentang pekerjaannya.
"Mau istirahat dulu yang pertama.... Mawar menjadi salah satu sebab juga, artinya aku ingin istirahat sejanak. Mereposisi diri. Berkumpul dengan keluargaku.... Melakukan hal-hal yang kusenangi yang tidak bisa kulakukan ketika aku bekerja" Bulan menjelaskan alasannya.
Kami berbicara panjang lebar sampai larut. Panjang lebar. Kesana kemari dan semua sangat menyenangkan. Bulan benar-benar menikmati hidup tanpa pekerjaan. Tidak ingin pulang cepat apalagi berpikir bangun pagi.
Di mobil aku merenung dan mencoba belajar dari pengalaman Bulan.
Meski kisah kasih mereka terlarang, kukagumi kesetian Bulan. Tekadnya yang kuat. Usahanya yang sungguh-sungguh untuk kebaikan Mawar.
Meski dia dikianati untuk kesekian kalinya, dia masih berpikir tentang apa yang terbaik untuk Mawar.
Bulan punya banyak alasan untuk meninggalkan Mawar. Andai yang dicari Bulan adalah wajah cantik dan body bagus, pastilah hidupnya lebih bahagia dan sederhana. Tapi andai itu yang dicari, kukira Mawar tidak akan masuk hitungannya.
Mereka memang dipertemukan oleh Tuhan untuk belajar bersama tentang hidup. Sebuah pelajaran hidup tidak selalu manis.
Mereka dua manusia berbeda, Bulan begitu memuja cinta dan menyukai romatisme. Sementara Mawar benar-benar berbeda.
Sebelum aku tidur, kudoakan Salam Maria 1X untuk Bulan dan 1X untuk Mawar..........
https://www.youtube.com/watch?v=h0KnZLXWPpA