Tuesday, December 16, 2014

KEBAHAGIAAN

Ada banyak nasehat tentang bagaimana menjadi bahagia. Dalam tulisanku kali ini aku mengkritisi sebuah perbedaan tentang kebahagiaan.

Sebetulnya tidak ada yang salah, tiap orang memiliki jalan berbeda mencapai kebahagiaan. Dimana sebetulnya seseorang selalu berusaha untuk dapat menemukan kebahagiaan sesuai hati nuraninya.
Mari membahasnya.

Kita sebut saja ini kelompok pertama :

"Berhentilah mencari keluar apa yang sebetulnya bisa anda temukan di dalam diri anda. Buatlah keputusan untuk berbahagia" pendapat sederhana.
Kebahagiaan bergantung pada keputusan anda sendiri untuk bahagia.
Jadi kebahagiaan adalah suatu keputusan. Kapan saja, dimana saja anda dapat memutuskan untuk berbahagia atau tidak. Kebahagiaan suatu pilihan.
Atau sebuah cerita. Ketika seseorang mencari kalung mutiara yang sebenarnya melilit di lehernya. Dia mencari keluar ruangan bahkan mencari keluar rumah tapi tidak juga ditemukan. Sebetulnya kalung mutiara itu terikat di lehernya.

Ada beberapa nasehat lain yang semacam hal diatas yang intinya kebahagiaan adalah keputusan sendiri, pilihan kita sendiri ada dalam diri kita sendiri. Kebahagiaan begitu sederhana, putuskan semua lekatan-lekatan dan anda bahagia.

Putuskkan anda bahagia dan anda bahagia.

Apa nasehat ini salah? Saya kira sangat debatable tapi nanti kita bahas titik bahaya dari sikap semacam ini.

Andai kata anda saya sodori sebuah kisah nyata seperti ini :
Rekan saya suatu hari menabrak seseorang wanita yang sedang menggendong anak kecil. Lalu lari dari tanggung jawab. 
Dia mendengar bahwa kedua korban meninggal dunia.
Apakah rekan saya akan bahagia? Mungkin rekan saya akan terganggu, karena hati kecilnya akan mengusik pikiran andaikata nasehat diatas diterapkan.
Dan memang seperti itulah yang terjadi. Dia ikut kursus meditasi, menemui seorang psikolog berbicara dengan pendeta dan semua gagal.
Apakah masalah ini bisa dia pecahkan dengan meditasi?
Jawabnya mestinya bisa. Rekan saya bisa tenang dan dia bisa memilih untuk bahagia. Tidak ada yang salah juga bukan tentang hal ini.
Dengan susah payah akhirnya teman saya berhasil bahagia. Dia berhasil melupakan dan memaafkan dirinya sendiri.
Kebahagiaan berasal dari diri anda sendiri dan itu benar.
Kebahagiaan itu bersyukur... Ya syukurlah anda tidak tertangkap sampai hari ini.
Penjahat mengasihi penjahat lainnya dan mereka berbahagia dengan hasil kejahatannya. Tapi pernahkah mereka memikirkan kebahagiaan korban kejahatannya?


Sekarang kita bahas kelompok kedua :

Lebih banyak kejadian ketika seseorang menabrak seseorang di jalan dia akan berhenti. Menolong korban dan membawanya kerumah sakit. Dia abaikan seggala resiko hukum dan keuangan yang akan menderanya dibelakang hari.
Apakah dia bisa berbahagia dengan keputusan ini? Nilainya sama, "bisa".
Bagaimana kalau kita gunakan nasehat dari Dalai Lama.
  • Jika kamu ingin orang bahagia, praktikkan welas asih. Jika kamu sendiri mau bahagia, praktikkan welas asih. 
  • Kebahagiaan tidak terjadi begitu saja. Itu muncul dari hasil perbuatan kita. 
  • Kebahagiaan adalah buah tindakan.

Ada juga nasehat sejenis, seperti bahagiakan orang lain maka kamu akan bahagia. Bahagia adalah ketika kita mampu bersyukur dan sebagainya.
Ada pula yang berbeda memandang suatukebahagiaan, seperti kebahagiaan adalah ketika dirinya mendapatkan wanita soleh.... Menurutku ini juga tidak salah.



Ada perbedaan mencolok antara dua kelompok nasehat diatas.
Mungkin keduanya baik atau mungkin keduanya salah tapi saya mencoba berkompromi. Kebahagiaan kelompok pertama lebih bersifat duniawi dan selfish tapi universal.
Sementara kebahagiaan kelompok kedua lebih cocok untuk mereka yang berjiwa sosial dan memahami nilai-nilai moral.
Keduanya mengajarkan tentang cara meraih kebahagiaan hanya dengan cara berbeda.

No comments:

Post a Comment

HARUS KUAT

Kalian harus kuat. Agar kamu bisa menolong dirimu sendiri. Membantu orang lain yang membutuhkan. Hiduplah sederhana karena kalian memil...