
Ketika cinta datang cinta itu menjadi penghalang.
Ketika teman-teman memasuki masa remaja, mereka mencari pacar dan mencoba mereka-reka apa itu cinta.
Aku adalah salah satu lelaki yang tidak terusik oleh hiruk pikuk kisah cinta masa remaja.
Pada masa itu aku sibuk dengan duniaku sendiri, memancing, berpetualang, berkelahi dan sekolah tentu saja.
Tapi tahukah kalian, bahwa aku punya teman wanita namanya A, aku biasa memanggilnya Si A. Kami berteman dekat sejak masa kecil.
Kami memanjat pohon bersama, pulang sekolah bersama dan yang teristimewa..... Kami tidak banyak bicara.
SD lalu SMP kami begitu dekat begitu akrab, meski tidak banyak kata terucap diantara kita. Kami akrab tanpa kata yang terucap. Situasi semakin menjadi aneh ketika kami beranjak dewasa.
Ada sesuatu yang berubah pada dirinya, semakin cantik, payudaranya makin besar dan dia kelihatan makin lebih dewasa meninggalkan aku.
Dalam perjalanan pulang sekolah, sesekali kujahili dia. Kucolek atau kuapakan saja sebelum berpisah didepan rumahnya. Lalu dia mengejarku.... Mencubit punggungku dan melepaskannya. Aku berlalu dan kulihat di belakang dia mengepalakan tinjunya kearahku sambil tersenyum. Kejadian semacam itu bisa terulang lagi esok harinya.
Meski kami tidak bertengkar tapi kami semakin tidak banyak bicara.
Kelas kami berseberangan, kami sering melihat melalui jendela. Ketika kami bertemu pandang, kami akan saling membuang muka sambil tersenyum.
Ada beberapa kejadian aneh antara kami.
Ketika SMP dia menggambil fotoku dengan cara mencuri-curi.
Ketika SMA kami makan di kantin yang sama duduk berseberangan dalam satu meja. Kami tidak saling bicara. Dia makan bakso didepanku. Tahukah kamu apa yang dia lakukan? Dia meletakan sebutir bakso kedalam mangkokku dan tanpa bicara sepatah katapun, akupun memakannya seperti tidak terjadi apa-apa.
Pada suatu kesempatan Si A memberi roti padaku, diapun juga tidak berkata apapun dan aku juga tidak mengucapkan sepatah katapun.
Kejadian SMP dan SMA ketika memeriksa / mengkoreksi pekerjaan ulangan sekolah. Para guru suka mengacak antar kelas, tujuannya untuk mengurangi kecurangan. Aku selalu mencari lembar jawaban soal dia untuk kukoreksi. Aku membetulkan pekerjaan dia agar nilainya bagus. Kalau dia menyilang A, jawaban yang betul C, maka aku menggaris 2X jawaban A dan menyilang jawaban C. Dia pasti tahu persis siapa yang mengoreksi pekerjaan itu. Tapi anehnya dia tidak pernah melakukan hal sebaliknya padaku.
Sesuatu hal paling istimewa terjadi..... Kami tidak pernah berbicara satuh patah katapun selama SMA. Benar, kami tidak pernah berbicara sepatah katapun selama SMA.
Ketika kami bertemu di gereja, kami bersalaman tapi tidak mengatakan sepatah katapun.
Beberapa rekan pria, dari satu sekolah maupun luar sekolah mencoba memacari Si A. Tapi mereka tidak berhasil. Konon dia selalu menyebut namaku didepan mereka. Redaksinya seperti apa aku tidak tahu.
Suatu hari ketika sedang duduk didepan rumah. Datang dua orang lelaki mendekatiku. Mereka sok akrab tapi tendensinya seperti cari gara-gara.
Ada pertanyaan "Kamu dengan Si A ada hubungan apa?". Haduh.....
Aku jawab "Kami teman sejak kecil.... Ada masalah?" suaraku kutinggikan untuk menunjukan ketidak sukaanku pada pertanyaanya.
Setelah lulus SMA kami akhirnya berpisah, Dia melanjutkan ke Universitas Sugijapranata Psikologi Semarang, aku melanjutkan ke UNS Ekonomi Surakarta.
Semenjak itu hubungan kami terputus. Terputus artinya kami tidak bisa saling melihat lagi.
Keluargaku pindah dari Cilacap ke Pekalongan dan aku mulai sibuk dengan kuliahku.
Kuliah semester satu aku memiliki pacar. Tapi setelah 3 tahun kami bubar.
Dalam masa jomblo itulah aku bermimpi bertemu Si A.
Dalam mimpiku aku melihat dia menangis dalam hujan, didepan SMA ku bersama anjingnya berwarna hitam. Begitu jelas kulihat air matanya meski hari itu hujan aku yakin dia menangis.
Keajaiban selalu ada.
Bangun dari mimpi aku segera membangunkan temanku Agung.
Kujelaskan tentang mimpi anehku. "Terus kamu mau apa?" ucapnya merasa terganggu.
"Kita ke semarang."
"Kamu gila, ini jam satu pagi." Agung mulai terbangun.
"Aku jalan, kamu ikut ndak?"
"Haduuh.... tunggu aku cuci muka dulu" .
Singkat cerita kami mengendarai honda supercup malam itu ke semarang. Istirahat sejenak di taman Tabanas. Kami mulai mencari alamatnya.
Kami menuju jalan Kendeng. Nama jalan itu kuperoleh sekitar beberapa tahun yang lalu, teman kakaknya semasa SMA bicara tentang kosnya di Semarang. Jadi yang kudengar hanya nama jalan tempat kost kakaknya. Nomer berapa dan gang apa, tidak jelas sama sekali.
Sampai jalan Kendeng jam 5 pagi, Agung pergi ke Mushola untuk Sholat Subuh.
Aku mencoba mencari rumah Si A.
Dengan mengandalkan intuisiku kuketuk sebuah rumah. Yang membuka Si A. Sudah mandi di jam 5 pagi. Sedang memegang sisir. Aku masih ingat kata pertama kami.
Aku bilang "Hi". Aku tidak ingat expesi wajah Si A, dari senyum dibibir, kutahu dia happy.
Si A menjawab "Kamu Tom, ayo masuk".
Lalu kami ngobrol banyak sekali panjang lebar, sementara agung dengan sepeda motor mencar-cari aku ada dimana. Akhirnya ketemu karena jarak Mushola dan cost Si A cuma sekitar 100M.
Setelah ngobrol panjang lebar, sekitar jam 7 kakak Si A bangun. Dia terkejut sekali melihatku... "Kamu sampai sini?" sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman.
Benar-benar aneh.
Kenapa mimpi itu datang. Katanya dia memang melakukan persis seperti mimpi itu beberapa bulan sebelumnya.
Kenapa dia mandi jam 5 pagi. Si A merasa terdorong bangun pagi di hari libur. Mandi dan berdandan, dia sendiri aneh dengan keinginnya dirinya untuk bangun pagi.
Kenapa aku bisa langsung menemukan rumahnya. Aku tudak tahu, aku cuma mengandalkan intuisiku.
Diantara kami, meskipun lama tidak bertemu dan sekitar 6 tahun tidak bicara, tidak ada rasa jengah sama sekali. Bahkan aku dipinjami alat mandinya, karena aku tidak membawa apapun.
Kami berbicara seakan kami biasa bertemu.
Setelah ngobrol panjang lebar, Agung tidur di sofa cost Si A sementara aku dan Si A pergi ke Kampus Universitas Sugijapranata Psikologi. Si A memperkenalkan kampusnya kepadaku.
Sore itu aku pulang. Aku berjanji pada Si A bahwa aku akan menengoknya di lokasi KKN dia Wonosegoro Boyolali.
Beberapa minggu kemudian kami bertemu di Wonosegoro di lokasi KKN, aku mengikuti beberapa kegiatan dan aku menginap semalam disana.
Ada sebuah kejadian lucu di lokasi KKN, Si A minta antar aku menemani mandi. Bukan kamar mandi sebetulnya, hanya sumur dengan penutup anyaman bambu dan pohon yang tidak terlalu rindang.
Aku memegang lampu teplok (lampu minyak) untuk penerangan karena memang belum ada listrik.
Si A mandi dan aku harus membelakanginya agar tidak melihat tubuh telanjangnya.
Setelah itu gantian aku mandi dan Si A gantian memegangi lampu.
Selesai mandi kami berjalan menuju rumah dan ada pembicaraan ini.
"Kamu tadi lihat aku mandi?" tanya Si A.
"Aku membelakangimu biar tidak melihat kamu mandi." jawabku.
"Kenapa?" tanya Si A lagi.
"Kamu pengin aku melihat kamu mandi?" aku balik bertanya.
Lalu Si A mencubitiku sambil mengejar aku masuk kedalam rumah.
Aku duduk dimeja makan bersama teman-teman KKN, diseberang Si A duduk dan melihatku, tersenyum dan mengepalakan tinjunya padaku.
Sama seperti dulu ketika SMP kami sering melakukan hal itu.
Ada udara cemburu ketika kami makan bersama bersama para teman Si A.
Kami memilih yang terbaik.
Setelah beberapa kali bertandang ke Semarang. Kali ini rutenya bukan dari Solo ke Semarang, tapi statusnya mampir dari Pekalongan ke Semarang.
Pada suatu kesempatan kami duduk berhadapan. Kupandangi wajahnya. Tidak jauh berbeda dengan ketika masa SMA. Saat ini kelihatan lebih dewasa, lebih matang dan lebih cantik.
Seperti diutarakan Agung, Si A cantik sekali. Semuanya dapat nilai bagus, dari fisik sampai kepribadian. Kamu beruntung sekali kalau bisa mendapatkan dia.
Secara obrolan kamipun nyambung. Kimia kami bisa bersatu.
Ketika berjalan bersama, kurasakan kemesraan ketika kami bergandeng tangan atau ketika dia merapat dibahuku sambil bercerita banyak hal, aroma tubuhnyapun bisa merubah duniaku.
Tiba waktunya untuk menentukan arah tujuan, setelah Tuhan kembali mempertemukan kami kembali.
Aku jomblo dan Si A pun demikian. Kami seiman. Orang tua kami saling kenal,
Si A nampak jauh lebih cantik dibanding ketika SMA, secara keseluruhan bagus.
Pagi itu di hutan wisata Penggaron kami berjalan-jalan menikmati suasana dalam diam. Kami berjalan bersama dalam hening. Masih aku ingat suara burung berkicau dan suara alam lain menemani.
Ada beberapa batu besar disana dan kami duduk diatasnya. Menatap jurang dengan kumpulan pohon pinus.
Aku memulai pembicaraan "Semua ini serasa aneh.... Menurutmu kenapa Tuhan memberi kesempatan kepada kita untuk bertemu kembali?"
"Aku tidak tahu pasti, mungkin kita diberi kesempatan menyelesaikan persoalan kita dimasa lalu" Si A mencoba menerangkan maksud pertemuan kami.
Kami diam dalam hening.
Setelah cukup lama diam aku bertanya "Kamu tahu, aku sangat menikmati kebersamaan kita dalam diam dan aku cukup bahagia karenanya?"
"Ya aku tahu."
"Apakah ini cinta?"
Kami kembali terdiam. Suara alam masih menemani dalam keheningan.
"Apakah kamu punya rencana masa depan untuk kita?"
"Kenapa kamu bertanya? Apa aku harus juga menjawab?" Si A malah balik bertanya.
Kami kembali diam. Hening. Sepi hanya suara alam.
Setelah sekitar 10 menit dalam diam kukatakan.
"Ini cinta, dan indah sekali. Kamu setuju?" aku bertanya lagi dan Si A mengangguk.
Kembali kami terdiam. Kali ini mungkin sekitar 20 menit.
"Cinta ini indah dan suci, kita memulai semua dari keluguan dan kesederhanaan. aku merasa kamu menyukaiku ketika aku bukan apa-apa. Seorang anak kecil berkulit hitam. Pendiam. Tidak mengerti apa-apa" Si A berbicara mengutarakan isi hatinya.
"Aku merasa kamu menykukai ku... Sejak dulu. Ketika aku bukan apa-apa. Anak bodoh dan hitam juga."
Hanyut dalam hening.....
"Kita benar-benar hanyut dalam perasaan. Aku tidak pernah berpikir kamu cantik atau jelak. Siapa kamu kini atau siapa kita dimasa depan.... Tapi aku suka.... Tulus sekali... Bagaiaman caranya kita menjaga ini tetap indah dan suci. ?" tanyaku pada Si A.
Si A diam tidak menjawab pertanyaanku.
Kami kembali diam.
Pergolakan besar merasuk dalam hatiku. Suatu persimpangan dimana aku harus memilih. Apapun pilihanku kuputuskan "aku tidak akan berhenti".
"Kita menjalani hidup kita masing-masing dan mencari belahan jiwa kita, kukira itu bisa menjaga kenangan indah yang pernah kita miliki. Biarlah berbaring disana dan kita tidak mengusiknya demi apapun" aku mencoba memberi usul, kuucapkan dengan mantab, karena kupikir hal ini adalah hal terbaik.
"Kukira benar yang kamu katakan. Cinta kita begitu suci. Biarkan saja berbaring disana dalam ketenangan dan janganlah kita mengusiknya dengan apapun" Si A menyetujui keinginanku.
Aku tidak tahu kekuatan apa yang mendorong kami memutuskan ini.
Sore itu kami kegereja bersama. Baru sekali ini kami duduk berdua di gereja. Dipegang tanganku, aku melihatnya wajahnya sambil tersenyum dan kulihat dia pun tersenyum, tetap sama seperti enam tahun yang lalu.
Kurasakan kasih dari tangannya. Seperti seorang kakak kepada seorang adik, seperti Ibu kepada anaknya. Kurasakan sebuah cinta tanpa keinginan memiliki, sebuah cinta tanpa keinginan menjalani.
Menemukan belahan jiwa.
Dalam perpisahan. Si A berpesan agar menghubungi dirinya, jika suatu hari nanti memiliki persoalan berat dan tidak mampu menyelesaikan.
Begitulah akhir perjalanan kami. Si A akhirnya menikah dengan seorang Perwira Angkatan Darat dikaruniai 5 orang anak. Aku menemukan belahan jiwaku dalam diri Istriku, kami dianugerahi 2 orang anak.
Si A menepati janjinya. Ketika aku memiliki masalah serius aku menelpon Ibunya dan beliau masih mengenali aku. Dia memberikan aku nomer telpon Si A dan aku menelponnya.
"Hi.... ini Thomas" aku berbicara melalui telpon.
"Kenapa istrimu?" keajaiban memang selalu ada, tanpa menjelaskan dia sudah tahu aku mau omong apa.
"Kamu masih mencintai istrimu?" Dia langsung berbicara tanpa aku menjawab pertanyaan sebelumnya.
"Masih" jawabku singkat.
Seperti benar-benar memahami masalahku Si A terus berbicara.
"Good, kamu harus pertahankan dia mati-matian karena itu belahan jiwamu........ Selalu ingat bagaimana kalian bertemu,..... Ingat terus bagaimana kalian membangun pernikahan kalian. Aku baik-baik saja, aku sibuk bolak-balik semarang Jakarta. Aku akan doakan kamu, biar ada kedamaian dalam rumah tanggamu." Si A menasehatiku.
No comments:
Post a Comment